Aliran Neoplatonisme dalam Filsafat Yunani

SQ Blog -  Puncak terakhir dalam sejarah Filsafat Yunani adalah ajaran yang disebut dengan Neoplatonisme. Paham ini muncul kurang lebih 5 abad sesudah Aristoteles meninggal dunia. Pemikiran filsafat yunani ini bersamaan dengan munculnya agama kristen.

Pendiri Aliran Neoplatonisme

Sebagaimana namanya sudah menyatakan bahwa aliran ini bermaksud menghidupkan kembali filsafat Plato. Meskipun pelopor Neoplatonisme yang pertama itu adalah Ammnios, namun pendiri yang sebenarnya adalah Plotonius.

Plotinus mula-mula tidak bermaksud akan mengemukakan filosofi sendiri. Ia hanya ingin memperdalam filosofi Plato yang dipelajarinya. Sebab itu filosofinya sering orang sebut Neoplatonisme. Walaupun demikian tidak berarti bahwa pengikut-pengikut dan pendiri mazhab ini tidak dipengaruhi oleh filosof-filosof lainnya seperti Aristoteles, Stoa dan Phytagoras. Justru Plotonius banyak menimba dari mereka, hanya dalam hal ini Plato diberi kedudukan yang cukup istimewa. 

Riwayat Hidup Plotinus

Plotinus dilahirkan di Lykopolis di Mesir, yang pada waktu itu dikuasai oleh Roma dan meninggal di Minturnea di Italia pada tahun 270. Orang tuanya berasal dari Yunani. Tentang seluk beluk hidupnya, orang tidak banyak tahu. Namanya harum karena ajaran filosofinya. Ia tak mau terkemuka. Patungnya pun tak ada, sebagaimana lazim orang buat di waktu itu dari orang-orang yang terkemuka tentang ajarannya atau kekuasaanya. Ia bermula mempelajari filosofi dari ajaran Yunani, terutama dari buah tangan Plato.

Di Aleksandria dia juga mengikuti sekolah dan belajar pada orang-orang terkenal. Tetapi dia gagal menemukan kepuasan sampai kemudian seorang teman mengantarkannya pada seorang filosof yang menjadi gurunya, Ammonius Saccas. Porphyri menceritakan bahwa Plotinus amat terkesan dengan gurunya itu sehingga ia sampai berseru “Inilah orang yang saya cari !”. 

Selama 12 tahun Plotinus menjadi murid Ammonius. Mereka dan beberapa orang murid lain menjalani hidup sederhana. Meskipun Plotinus pandai bicara tetapi ia tidak menuliskan gagasannya sesuai dengan perintah gurunya. Tetapi karena kawan-kawannya (Errenois dan Origenes) melanggar janji maka pada umur 29 tahun ia mulai menulis. Ajaran yang diperoleh dari Ammonius mengenai jalan hidup spiritual dan pengembaraan intelektual yang digunakan untuk kepentingan sendiri. Disamping filsafat, Plotinus juga menguasai ilmu-ilmu lain, seperti ilmu ukur, optik, mekanika, seni dan musik secara teoritis. 

Pada umur 28 tahun terasa olehnya bahwa ia mempunyai pembawaan untuk menjadi seorang filsofi. Tetapi ia merasa pula bahwa pengetahuannya belum cukup dalam. Ia ingin memperdalamnya dengan mempelajari Mistik di Persia dan India yang begitu kesohor namanya diwaktu itu. Untuk itu ia ingin pergi sendiri kesana, tetapi bagaimana caranya? kebetulan pula Kaisar Roma, Gordianus sedang dalam persiapan tentaranya untuk menyerbu ke Persia. 

Plotinus menawarkan diri untuk menjadi serdadu dalam laskar Gordianus. Tetapi laskar Gordianus menderita kekalahan besar dan Plotinus hanya dapat selamat dengan melarikan diri. Sesudah gagal untuk pergi Persia dan India ia berangkat menuju Roma. Satu tahun kemudian, Plotinus berhasil mendirikan sekolah di Roma dan mengajarkan filsafatnya. Metode yang dipakai adalah diskusi.

Murid-muridnya berasal dari berbagai kalangan. Disamping Porphyri ada juga di antaranya ahli jiwa, senator, ahli pidato dan wanita-wanita terhormat. Pembawaan sifatnya yang baik dan sederhana sehingga semua orang menghormatinya, bahkan ada juga yang mendewakanya karena ilmunya. Tetapi Plotinus tidak terpengaruh dengan semua itu. Ia tetap mengutamakan kehidupan spiritualnya yang sangat bersahaja. 

Pada awalnya Plotinus meniru gaya Ammonius, yaitu tidak menuliskan ajaranya. Setelah 11 tahun di Roma barulah ia mulai menulis. Ketika pada tahun 263, Porphyri menjadi pengikutnya, Plotinus melengkapi 54 risalahnya. Dengan dorongan dan pertanyaan Porphyri sangat membantu Plotinus dalam menyelesaikan risalah itu. Sembilan terakhir dari 54 risalah itu ditulisnya dua tahun terakhir kehidupannya.

Saat itu kondisi kesehatanya mulai memburuk. Setelah Plotinus meninggal, tulisan yang memuat ajaran-ajarannya diterbitkan oleh Porphyri secara luas. Karya ini diberi judul Enneads, karena memuat 54 bab yang terbagi dalam enam buku, dan tiap-tiap buku memuat 9 bab. 

Ajaran dan Pengaruh Plotinus

Salah satu pandangan Plotinus yang menjadi perbincanga utama ialah mengenai konsepsi Tuhan yang Esa. Konsepsi ini merupakan analisis beliau dari beberapa pandangan filsafat sebelumnya. Dalam merumuskan filsafatnya, Plotinus banyak berdasarkan pada konsep ketuhanan dan kebatinan. Mengenai ajaran Plotinus dari persefektif ini sesuai dengan pandangan Al-Quran yang mengakui Ke-Esaan Tuhan. Di antaranya sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Ikhlas: 

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿ ١ ﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿ ٢ ﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿ ٣ ﴾ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿ ٤ ﴾ 

Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah yang Maha Esa”. Allah tempat meminta segala sesuatu. (Allah) tidak beranak dan tidak pula diperanakan. Dan tidak ada sesutu yang setara dengan Dia. 

Hal ini menyebabkan banyak Ilmuwan islam yang mengkaji filsafatnya bahkan ada juga yang terpengaruh pada sebagian pemikirannya. Di antara Ilmuwan Islam yang banyak mengkaji pemikirannya ialah Al- Farabi, Al-kindi, Ibnu Arabi dan At-Tufail. Ibnu Arabi adalah salah satu Ilmuwan Islam yang mendasarkan beberapa doktrinnya pada beberapa pandangan Plotinus. 

Doktrin Ibnu Arabi yang mendapat pengaruh dari Neoplatinisme adalah tajalliyat-nya yang menggantikan emanasi dari Neoplatonisme. Persamaan antara tajalliyat Ibnu ‘Arabi dan Emanasi Plotinus terletak pada point-point sebagai berikut : 
  1. Keduanya (Ibnu Arabi dan Plotinus) meyakini bahwa pada dasarnya antara Tuhan, manusia dan alam semesta merupakan satu kesatuan yang utuh yang bersumber dari Tuhan dan nantinya akan kembali kepada-Nya.
  2. Proses yang sama antara emanasi dan tajalliyat adalah : Diawali dengan wujud mutlak atau The One yang ber-tajalli atau ber emanasi menuju akl pertama atau Nous. Lalu muncullah jiwa universal atau psyche dan terakhir terciptalah natur universal, haba dan hayula atau alam empiris.
  3. Apa yang digambarkan The One dalam emanasi Plotinus memiliki kesamaan dengan apa yang digambarkan wujud mutlak dalam tajalliyat Ibnu ‘Arabi, begitupun dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh anggota hirarki emanasi dan hasil tajalliyat Ibnu ‘Arabi, yakni bersifat pasif terhadap yang di atasnya dan bersifat aktif terhadap yang di bawahnya.
  4. Mengenai jiwa-jiwa partikular yaitu jiwa vegetatif, jiwa binatang dan jiwa rasional, Ibnu ‘Arabi mengikuti cara Plotinus. Ketiganya adalah bagian dari jiwa universal.
  5. Seperti halnya Plotinus yang memusatkan kehidupannya untuk hal-hal spiritual dan pencapaian mistik yaitu bersatunya diri dengan Tuhan sebagai sumber dari kemanusiaannya. Demikian pula Ibnu ‘Arabi menjalani kehidupan spiritual untuk mencapai maqam tak bermaqam.
  6. Persamaan lain di antara Ibnu ‘Arabi dengan Neoplatonisme adalah dalam hal pemberian analogi terhadap pemikiran mereka, yaitu tetang hubungan antara Yang Esa dengan alam fenomena atau Al Ĥaqq dengan Al Khalq.
Dari Aristoteles, Plotonius tertarik juga dengan konsep akil makul, forma murni yaitu Zat Yang ada dengan sendirinya adalah sebagai yang memikirkan diri sendiri. Dengan kata lain bahwa Tuhan itu hanya memikirkan obyek pikiran yang lebih utama, sedangkan yang utama dari pada zat-Nya tidak ada, pikiran dan obyek pikiran adalah keadaan yang utama. Maka konsekuensinya, Tuhan itu tidak mengatur hal-hal yang kecil, karena hal itu lebih rendah untuk diketahui-Nya.

Plotonius dalam hal ini tidak setuju dengan pendapat tersebut di atas, merubah pandangan Aristoteles dari Tuhan sebagai Forma yang murni menjadi tidak Berfoma. Adapun paham stoa yang diambil oleh Plotonius mengenai konsep logos dan dari Phytagoras bahwa Yang Satu itu mengatasi segala wujud. Dengan sumber-sumber ajaran filsafat sebelumnya Plotonius mampu menegakkan suatu filsafat yang penting, meskipun dasar pikirannya bercorak elektis. Dengan itu pula ia adalah filosof pertama yang dapat memecahkan dualisme ke dalam kesatuan meskipun pada akhirnya mendapat kritik yang tajam di kemudian hari. 

Muatan Aliran Neoplatonisme

Aliran Neo Platonisme merupakan rangkaian akhir dari fase Hellenisme, yaitu mengulang yang lama namun bukan menciptakan yang baru. Neo Platonisme ini juga masih berkisar pada filsafat yunani, tasawuf timur dan menggabungkannya. Oleh karena itu didalamnya terdapat ciri-ciri filsafat Yunani yang kadang-kadang bertentangan dengan agama langit, karena dasar filsafat tersebut ialah kepercayaan rakyat yang memiliki sumber kekuasaan yang banyak. Karena sistem pilihan ini pula, maka didalam Neo Platonisme terdapat unsur-unsur Platonisme, Phytagoras, Aristoteles, Stoa dan tasawuf Timur. Jadi Neoplatonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan, keagamaan dan keberhalaan. 

Plotinus seorang mistikus yang mempunyai pengalaman langsung dan pibadi akan rahasia Ilahi. Tetapi pemikirannya merupakan filsafat metafisik yang sistematis dan bukan berdasar pada Wahyu. Tingkat-tingkat penghayatan yang mutlak diungkap dengan kategori-kategori intelektual spekulatif. Metode yang digunakan Plotinus desebut intuitif atau mistik, karena sifat kontemplatif yang demikian meresapi seluruh metodenya. Filsafat bukan hanya doktrin, tetapi juga way of life. Bersama-sama kelompoknya ia menghayati hidup religius dan mengantarkan mereka pada hal-hal yang bersifat rohani. 

Jika Plato mendasarkan filsafatnya pada “ Yang Baik” yang meliputi segala-galanya, maka Plotinus mendasarkan ajarannya pada “Yang Satu” yang menjadi pokok pangkal segala sesuatu. Filsafat metafisikanya ini, Plotinus memusatkan pada tiga prinsip yaitu The One, Nous dan Psyche. The One/Yang Satu memiliki kesempurnaan mutlak melimpahkan pada Nous. Nous lalu melimpahkan pada Psyche atau jiwa. Pada akhirnya jiwa-jiwa ini akan melahirkan materi yang beragam. Proses pelimpahan ini disebut sebagai Emanasi. 
  • The One
The One adalah suatu realitas yang tidak mungkin dapat dipahami melalui metode sains dan logika. Ia berada di luar eksistensi dan segala nilai. Kita hanya dapat menghayatinya, karena Ia tidak dapat dipikirkan seperti ketika kita memikirkan sesuatu yang ada definisinya. Yang satu adalah puncak dari semua yang ada, cahaya di atas cahaya yang tidak mungkin diketahui esensinya. Ia sempurna karena mengatasi segala hal yang berlawanan.

Pada-Nya tiada sifat, tiada predikat. Segala sesuatu atau jagad raya dan segala isinya mengalir ke luar dari-Nya, laksana sumber yang mengalirkan segala sesuatu ke luar, atau laksana cahaya yang bersinar dalam gelap. Oleh karena itu maka dunia segenapnya telah ada secara terpendam dalam Yang Ilahi ini. Konsekuensi dari pemancaran ini adalah, makin jauh aliran dari sumbernya maka semakin tidak sempurna keadaannya. Pendek kata bahwa proses ini bersifat hirarkis, sifat sempurnanya bertingkat-tingkat sesuai jaraknya dari Yang Asal.

Uniknya dari The One ini adalah bahwa hakikatnya tidak berkurang dan esensinya tidak berubah karena memancarkan prinsip yang kedua (nous), yang ketiga (jiwa) dan sampai ke materi. Hal ini digambarkan seperti matahari yang memancarkan sinarnya ke segenap alam, tanpa membuatnya berkurang. Seperti seorang manusia yang melahirkan banyak keturunan tanpa membuat kemanusiaannya berkurang. Namun proses emanasi ini jangan dipahami sebagai suatu kejadian fisis yang berlaku dalam ruang dan waktu, sebab ruang dan waktu sendiri terletak pada tingkat terbawah dari emanasi tersebut. 
  • Nous 
Nous sebagai pengaliran tahap pertama dari The One. Nous tidak sempurna karena pada tahap ini Yang Esa telah membedakan diri dalam kedwitunggalan yang terdiri dari pemikir dan yang dipikirkan atau subyek dan obyek. Tentu saja dalam pengertian yang rohani, yaitu suatu permenungan dari Sang Ilahi bahwa Ia “ada”.

Namun keluarnya akal atau roh dari yang Pertama ini merupakan sesuatu yang niscaya terjadi begitu saja tanpa kehendak atau kesengajaan. Hakikat nous adalah kesatuan pikiran dan eksistensi. Roh kembali kepada Yang Satu yang merupakan asal usul dan sumbernya. Roh menerima dari Yang Satu isinya, ide-ide. Namun ide-ide tersebut membentuk suatu keanekaan atau suatu sistem dalam roh tersebut.

Pembentukan sistem itu menuju pada kategori-kategori dan bilangan-bilangan dan juga kepada materi intelijibel (materi yang dapat dimengerti) sebagai substantrum dari semua ide. 
  • Psyche 
Psyche atau jiwa adalah realitas ketiga dalam emanasi. Sebagaimana Yang Satu menghasilkan nous, demikian pula nous melahirkan jiwa sebagai citranya yang tidak sempurna. Walau di dalam dirinya tidak dapat dibagi, jiwa tetap dapat masuk ke dalam dan menjiwai dunia spasial-sensibel yang diciptakannya. Jiwa memiliki dua macam hubungan, yaitu hubungan dengan nous yang terang dan hubungan dengan materi yang gelap.

Oleh karena itu jiwa berfungsi semacam penghubung atau perantara antara nous dan materi. The Soul mengandung satu jiwa dunia dan banyak dunia kecil. Jiwa dunia dapat dilihat dalam dua aspek, ia adalah energi di belakang dunia, dan pada waktu yang sama ia adalah bentuk-bentuk alam semesta termasuk jiwa-jiwa perorangan. Masing-masing seolah-olah mendukung seluruh jagad raya dalam dirinya. Jiwa perorangan mewujudkan suatu pengungkapan jiwa dunia. 

Hasil terakhir pemancaran dari Yang Satu adalah materi atau benda-benda yang dilahirkan dari jiwa. Meskipun materi tidak termasuk dalam tritunggal tetapi ia akan tetap ada sebagai konsekwensi terakhir dari emanasi. Materi tidak mengambil bagian dari kodrat Yang satu dan kebaikan, karena materi tidak mampu mengadakan kelahiran lebih lanjut. Ia adalah matarantai yang terendah dan terakhir. Oleh karena itu menurut Plotinus, ibarat sinar matahari yang semakin jauh jaraknya, semakin menuju kegelapan. Yang Pertama sebagai Yang Baik berangsur-angsur melalui hirarki emanasi menjadi keburukan dan ketiadaan hakikat. 

Fase-fase Aliran Neoplatonisme

Menurut Karl Praechter, fase-fase aliran Neoplatonisme dibedakan dalam empat macam, yaitu versi Metafisika spekulatif, Mazhab theurgi pergamum, sekolah Neoplatonis di Aleksandria dan Neoplatonisme Latin. 
  • Versi Metafisika Spekulatif 
Merupakan fase pertama Neoplatonisme sistematis, yaitu terdiri dari masa Plotinus dan Porphyri; aliran Syiria dari Lamblichus; dan aliran Athena dari Plutarch dan proclus. Fase Plotinus dan Porhyri diakui sebagai fase yang pertama kalinya aliran Neoplatonisme dianggap sebagai filsafat yang mandiri. Kedua tokoh ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan sejarah Neoplatonisme. Enneads adalah karya berharga yang dihasilkan dari kerjasama kedua tokoh ini.

Meskipun pada dasarnya Plotinuslah yang mengarang, tetapi bantuan Porphyri berupa pertanyaan-pertanyaan dan dialog sangat berarti dalam penyelesaian Enneads. Setelah Plotinus meninggal, atas prakarsa Porphyri-lah Enneads dapat diakses oleh pemikir-pemikir berikutnya. Karya lain dalam fase ini adalah Eisagoge karangan Porphyri. Merupakan karya kritikan bagi logika Aristoteles dan mengulas lima kategori (spesies, genus, perbedaan, sifat dan aksidensi) yang dikemudian hari dijadikan konsep dasar bagi buku-buku filsafat abad pertengahan. 

Aliran kedua dalam fase metafisika spekulatif adalah Lamblicus dari Syiria (250-325 M). Ia adalah murid Porphyri. Seorang neoplantonis yang menambahkan embel-embel pada tiga hipotesa (The one, Nous, Psyche) dengan menerima sesuatu yang lebih tinggi dan sesuatu yang lebih rendah. 

Aliran ketiga adalah dari Athena, Plutacch dan Proclus. Merupakan sekolah Neoplantonis tertua di Athena sekitar tahun 380 sampai 529 M. Aliran ini mencari suatu pandangan tunggal dalam pemikiran Plato, Aristoteles dan Plotonius. Sekolah ini ditutup oleh Justinus pada tahun 529 karena dianggap sebagai musuh agama Kristen. Buku yang dihasilkan dalam fase ini adalah Element of theology dan Plato’s Theology yang sering dianggap sebagai karangan Aristoteles. 
  • Mazhab Theurgi Pergamum 
Mazhab ini didirikan oleh Edesius, murid Lamblicus. Merupakan cabang dari Mazhab Lamblicus yang telah menjadi perhatian istimewa dalam theurgi. Merupakan hubungan Neoplantonisme dengan dongeng, Tuhan dan kesatuan yang dimaksudkan membantu Julian Apostate (361-363) dalam perjuangan dengan Kristen.
  • Sekolah Neoplatonis di Aleksandria 
Hidup sekitar tahun 430 sampai penaklukan Aleksandria oleh Islam pada tahun 642. Dimulai dengan Hierocles, murid Plutarch. Mazhab ini mendapat pengaruh dari ajaran Kristen, seperti bila membicarakan penciptaan yang keluar dari pemikiran providence dalam term-term melalui perantara perseorangan dalam hubungan antara manusia dengan Tuhan melalui Rasul. Beberapa tokohnya memang beragama Kristen, seperti Hermias, Ammonius, Asclepius dan Olimpiodorus. 
  • Aliran Neoplatonisme Latin 
Tokohnya antara lain Marcrobius, Marus Victorianus dan Boethius. Tema utamanya ialah pengembangtan konsep trinitas agama Kristen dalam kerangka Neoplantonis. Banyak diantara mereka bergama Kristen, Seperti Boethius yang dikenal dengan karangannya yang berjudul The Concolation of philisophy atau Tentang Penghiburan Filsafat. 

Pemikiran Filsafat dalam Aliran Neoplatonisme

Seperti telah disebutkan bahwa filsafat Neoplatonisme merupakan suatu kulminasi dan sintesa definitif dari aneka unsur fisafat Yunani yang didasarkan pada ajaran Plato sebagai unsur paling dominan.

Pada dasarnya ia hanya menjelaskan secara implisit apa yang sudah ditemukan Plato. Disamping itu ia juga mengintegrasikan unsur-unsur Pythagoras, Aristoteles, Stoa dan tasawuf Timur. Jadi, Neoplatonisme mengandung unsur-unsur kemanusiaan (hasil pemikiran manusia), kegamaan dan keberhalaan. Di bawah ini adalah unsur filsafat paling mendasar dalam Neoplatonisme: 
  • Pythagoras 
Dalam hal mistis, Plotinus terpengaruh oleh Pythagoras, yaitu filosof paling kuno yang menganut aliran kebatinan. Menurut kepercayaan Pythagoras, manusia berasal dari Tuhan karena jiwa adalah penjelmaan dari Tuhan. Jiwa tidak dapat mati seperti halnya jasmani. Jasmani dianggap sebagai sesuatu yang kotor dan memenjarakan roh yang suci.

Maka manusia harus membersihkannya agar dapat mencapai kebahagiaan dengan cara bermeditasi dan berbuat baik. Jika manusia mati dan jiwanya belum bersih, maka jiwa itu akan masuk dalam badan yang lain. Pendek kata, jika jiwa bersih, maka ia akan menuju kebahagiaan karena dapat kembali pada Tuhan. Istilah The One sedikit banyak juga terpengaruh dari Pythagoras yang mendasarkan segala sesuatu dari angka satu. 
  • Plato 
Unsur Plato yang masuk Neoplatonisme adalah ajaran tentang idea, yang merupakan inti dari seluruh filsafat Plato. Menurut Plato, idea merupakan sesuatu yang obyektif, terlepas dari subyek yang berfikir. Idea tidak dapat diciptakan oleh pemikiran kita serta tidak tergantung padanya. Sebaliknya pemikiranlah yang tergantung pada idea-idea. Idea berdiri sendiri maka pemikiranlah yang menaruh perhatian pada idea. Bagi Plato yang disebut idea adalah realitas yang ada dalam dunia yang tetap (dunia idea), disebut juga dunia baka, tidak bersifat materi, tidak berubah dan kekal. 

Selanjutnya Plato mengatakan bahwa idea jumlahnya banyak tetapi bukan berarti tidak punya kesatuan. Idea merupakan suatu orde, suatu keteraturan, serta memiliki susunan tetap. Tersusun secara hirarki dan teratur berasal dari dunia rohani. Sedangkan ide-ide yang bukan dari dunia rohani dan berubah, pada akhirnya sampai pada idea tertinggi yaitu idea kebaikan. Idea ini berlaku di mana-mana dan dimengerti oleh siapapun. Inilah ide “kebaikan yang satu”. 

Plato adalah pemikir kedua setelah Pythagoras yang bersifat spiritual. Ia tertarik pada dunia rohani dan berangan-angan terhadap dunia yang kekal. Intisari dari filsafat Plato adalah menyelesaikan hubungan antara materi dan rohani (sesuatu yang nisbi dan sesuatu yang mutlak). Filsafat Plato disebut juga filsafat dualisme. Namun begitu, Plato meyakini dunia rohani sebagai hakikat dari yang ada dan ini disebutnya sebagai “Yang Baik”. Dalam filsafat Neoplatonisme Yang Baik-“nya Plato menjadi “Yang Satu”. 
  • Aristoteles 
Terdapat perbedaan antara Plato dan Aristoteles tentang idea-idea. Aristoteles setuju bahwa dalam ilmu pengetahuan ada sesuatu yang umum dan tetap, tetapi bukan dunia idea seperti kata Plato tetapi juga benda-benda jasmani. Menurutnya dalam tiap benda jasmani ada dua hal yakni materi dan bentuk (Hyle dan Morphe). Yang dimaksudkannya di sini adalah prinsip metafisika. Materi adalah kemungkinan belaka untuk menerima bentuk.

Tentang kosmos, Aristoteles memikirkan dasar yang pertama adalah pertama (arkhe) dari kosmos tersebut. Menurutnya dasar pertama adalah sesuatu hal yang tetap, tidak berubah dan mutlak. Ia menjadi sebab pertama dari segala sesuatu atau causa prima. Penggerak pertama yang tidak bergerak. Dia-lah Tuhan. Diantara sifatnya ialah akal yang selalu berfikir, pemikirannya ditujukan kepada zatnya sendiri. Pengaruh ini terlihat dalam Neoplatonisme mengenai “Yang Satu”, sebagai sumber pertama yang tidak bergerak tapi menggerakkan dan tidak berubah.
  • Stoa atau Fisafat Zeno 
Bagi Stoa pengetahuan itu berdasar indera. Tidak ada dunia lain selain dunia pengalaman yang jasmani. Tetapi dunia sungguh-sungguh ada. Seluruh alam merupakan keteraturan dengan hukum-hukum mutlak yang harmoni. Aturan-aturan ini menimbulkan nasib, dan kejahatan sebenarnya tidak ada, hanya semu saja. Semua di bawah kekuasaan logos (rasio). Manusia bagian dari logos karenanya tidak dapat mengelak dari ketetapan logos. Jika ia hidup sesuai rasio maka ia bijaksana dan bahagia karena dapat mengendalikan nafsunya. 

Manusia yang berpikir dan berbuat sesuai dengan rasio atau ketetapan alamiah akan menjadi manusia yang merdeka. Terjadilah persesuaian antara kemauan manusia dengan Tuhan sebagai pelaksana hukum kausal alamiah. Bukan hanya syarat bagi merdeka sesungguhnya, tetapi juga syarat untuk mendapat kebahagiaan. Pengaruh Stoa dalam Neoplatonisme disesuaikan dalam kerangka mistik Plotinus. Kemerdekaan dan kemestian bukanlah dua hal yang bertentangan. 

Akhir Hayat Plotinus

Pada akhir hayatnya, Plotinus sering sakit-sakitan sehingga ia berhenti mengajar filsafat. Menurut Porphiry waktu-waktu terakhirnya digunakan untuk bermeditasi. Tujuan terakhirnya dalam bermeditasi adalah persatuan dengan Tuhan yang dianggap diatas segala-galanya. Pada tahun 270 M Plotinus meninggal dunia disuatu tempat bernama Minturnea dalam usianya yang mencapai 65 tahun.

Sekian

Neoplatonisme, plotinus, plato, aristoteles, filsafat Yunani, filsafat Islam, Filsafat Barat, Phytagoras, Porphiry

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.