Articles by "Matematika al-Quran"

Tampilkan postingan dengan label Matematika al-Quran. Tampilkan semua postingan

SQ Blog - Sobat yang berbahagia. Siapa sih yang tidak mengenal kalender? Tiap hari bahkan tiap saat seseorang membutuhkannya untuk mengetahui perhitungan waktu. Terdapat dua kalender yang sangat populer, yaitu kalender Hijriah dan kalender Masehi. Kedua kalender ini memiliki perbedaan titik acuan, tetapi validitas keduanya diakui. Jika kalender Hijriah berdasarkan pergerakan bulan sehingga disebut juga kalender Qamariyah, adapun kalender Masehi berdasarkan pergerakan matahari sehingga disebut juga kalender Syamsiyah. Dalam 1 tahun, terdapat 354 hari dalam kalender Hijriah dan terdapat 365 hari dalam kalender Masehi. Walaupun jumlah harinya dalam setahun berbeda, tetapi sama-sama memiliki 12 bulan.

Sobat dapat membaca kedua info kalender ini pada sumber lain untuk mendalaminya. Admin hanya ingin memberikan satu sisi kajian terkait kedua kelender ini dalam perspektif al-Quran. Bagaimana pandangan al-Quran terkait kalender Hijriah dan Masehi? Yaa sekilas inilah topik pembahasan pada bagian ini. Admin mengangkatnya dengan judul, “Hijriah vs Masehi; Hitungan Tahun yang Keliru”.

Al-Quran menyebutkan kata “tahun” dengan term “Aam” (عام) dan “Sanah” (سنة). Apakah maksud dari kedua kata ini dapat kita samakan? Jika tidak, lalu apa perbedaannya? Untuk jelasnya, mari kita bahas term kedua kata ini dengan berdasarkan ayat-ayat al-Quran di bawah ini.

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ ﴿سورة يونوس: ٣٦﴾

Artinya: Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Q.S. Yunus: 5)

Ayat di atas menjelaskan mengenai matahari dan bulan serta mengenai siniin “سنين”, jamak dari kata sanah “سنة” (tahun) dan hisab. Menurut Abdussyakir bahwa ayat ini menunjukkan sanah (سنة) untuk matahari dan hisab (حساب) untuk bulan. Matahari menjadi pedoman untuk penentuan sanah “سنة” (kalender Masehi) dan bulan menjadi pedoman untuk penentuan hisab (kalender Hijriah/Kalender Qamariyah). Alasan lebih lanjut, perhatikan ayat berikut:

إِنَّمَا النَّسِيءُ زِيَادَةٌ فِي الْكُفْرِ يُضَلُّ بِهِ الَّذِينَ كَفَرُوا يُحِلُّونَهُ عَامًا وَيُحَرِّمُونَهُ عَامًا لِيُوَاطِئُوا عِدَّةَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ فَيُحِلُّوا مَا حَرَّمَ اللَّهُ زُيِّنَ لَهُمْ سُوءُ أَعْمَالِهِمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ ﴿سورة التوبة: ٣٧﴾

Artinya: Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran. Disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat mempersesuaikan dengan bilangan yang Allah mengharamkannya, maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Allah. (Syaitan) menjadikan mereka memandang perbuatan mereka yang buruk itu. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. al-Taubah: 37)

Ayat di atas menjelaskan mengenai bulan haram yang dilanggar oleh orang-orang kafir sehingga tata tertib di Jazirah Arab menjadi kacau dan lalu lintas perdagangan terganggu. Mereka menolak perintah Allah dan Rasul-Nya untuk menaati bulan-bulan haram sehingga menambah kekafiran diantara mereka. Adapun bulan-bulan haram yang dimaksud ialah sebagaimana keterangan dalam ayat di bawah ini:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ﴿سورة التوبة: ٣٦﴾

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa. (Q.S. al-Taubah: 36)

Keterangan ayat di atas menyebutkan bahwa terdapat empat bulan haram, yaitu Muharram, Rajab, Dzulkaidah dan Dzulhijjah. Bulan-bulan inilah yang ditetapkan bagi Allah untuk menghindari perbuatan yang dilarang, seperti melanggar kehormatan bulan itu dengan mengadakan peperangan. Itulah sebabnya bulan ini disebut dengan bulan haram.

Hal yang patut di perhatikan dalam kedua ayat di atas bahwa Allah menjelaskan mengenai bulan haram dengan menggunakan term ‘aam (عَامًا). Dan bukankah yang mempunyai bulan haram adalah kalender hijriah atau kalender Qamariyah? Dengan demikian, ini menguatkan bahwa term ‘aam (عَامًا) dalam al-Quran untuk penggunaan kalender Hijriah/kalender Qamariyah. Adapun untuk kalender Masehi/kalender Syamsiyyah menggunkan kata sanah (سنة), jamaknya siniin (سنين) sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya di atas.

Selanjutnya, mari kita lihat penggunaan kata ‘Aam (عام) dan Sanah (سنة) dalam al-Quran yang sering kali disamakan. Akibatnya, terjadi kesalahan dalam praktik dan hasilnya. Itulah sebabnya, admin menyebut judul tulisan ini dengan, “Hijriah vs Masehi; Hitungan Tahun yang Keliru”. Berikut beberapa contoh praktiknya:

Contoh 1: Q.S. al-Kahf ayat 25


وَلَبِثُوا فِي كَهْفِهِمْ ثَلَاثَ مِائَةٍ سِنِينَ وَازْدَادُوا تِسْعًا ﴿سورة الكهف: ٢٥﴾

Artinya: Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi). (Q.S. al-Kahf: 25)
Coba Sobat perhatikan ayat di atas, bilangan 300 satuannya siniin (سنين), jamak dari kata sanah (سنة). Dalam bahasa Arab, kata “سنة” berjenis perempuan (mu’annats), sedangan kata “عام” berjenis laki-laki (mudzakkar). Kemudian, bilangan 9 dinyatakan dengan “تسع” yang berjenis mudzakkar bukan dengan “تسعة” yang berjenis mu’annats. Dengan demikian, kata “تِسْعًا” (sembilan/9) dalam ayat di atas mengacu pada kata ‘aam (عام) yang merupakan term untuk kalender Hijriah atau kalender Qamariyah. Jadi, di dalam surah al-Kahf ayat 25 terdapat penjumlahan dengan satuan berbeda, yaitu:

300 sanah + 9 ‘aam

Oleh sebab itu, jika sobat ditanya, “Berapa lama Ashabul Kahfi tinggal di dalam goa?” Apakah sobat menjawabnya 309 tahun karena hasil penjumlahan 300 tahun ditambah 9 tahun? Tentu tidak !! Sekali lagi tidak !! Ini karena pada bilangan tersebut terdapat satuan yang berbeda, yaitu antara sanah (سنة) dan ‘aam (عام). Logika ini sama jika ditanya, “Berapa jumlah 3 jeruk ditambah 5 mangga?” Tentu tidak dapat dijawab dengan “8 jeruk” ataupun “8 mangga”. Tetapi jawaban yang benar adalah “3 jeruk dan 5 mangga” karena satuannya berbeda.

Kembali pada ayat di atas sobat, surah al-Kahf ayat 25. Jadi Ashabul Kahf tinggal di dalam goa bukan 309 tahun, baik Hijriah ataupun Masehi karena terdapat satuan yang berbeda. Untuk mengetahui tahunnya secara tepat dalam Hijriah atau Masehi, satuannya harus disamakan terlebih dahulu baru bisa dilakukan penjumlahan. Berikut uraiannya:

Diketahui:
1 Tahun (عام) Hijriyah/Qamariyah = 354 Hari
1 Tahun (سنة) Masehi/Syamsiyah = 365 Hari
Jumlah dalam Kalender Masehi/Syamsiyah:

=  300 sanah + 9 ‘aam
=  300 sanah + (9 x 354) Hari
=  300 sanah + 3186 Hari
=  300 sanah + (3186 Hari/365 Hari) sanah
=  300 sanah + 8,72 sanah
=  300 sanah + 9 sanah
=  309 sanah/Tahun Masehi

Adapun dalam kalender Hijriah/Qamariyah:

=  300 sanah + 9 ‘aam
=  (300 x 365) Hari + 9 ‘aam
=  109.500 Hari + 9 ‘aam
=  (109.500 Hari/354 Hari) ‘aam + 9 ‘aam
=  309,3 ‘aam + 9 ‘aam
=  309 ‘aam + 9 ‘aam
=  318 ‘aam/Tahun Hijriah

Sehingga, lama Ashabul Kahfi tinggal di dalam goa adalah:

=  309 Tahun dalam kalender Masehi
Atau
=  318 Tahun dalam kalender Hijriah

Contoh 2: Q.S. al-Kahf ayat 25


وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ ﴿سورة العنكبوت: ۱٤﴾

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nabi Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (Q.S. Al-Ankabut: 14)
Ayat di atas menegaskan bahwa Nabi Nuh a.s tinggal bersama kaumnya selama, 1.000 sanah – 50 ‘aam yang didapatkan dari keterangan (أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ). Lalu berapa tahun dalam hitungan kalender Masehi atau kalender Hijriah? Berikut operasi hitungannya:

Jumlah dalam kalender Masehi/Syamsiyah:

=  1.000 sanah – 50 ‘aam
=  1.000 sanah – (50 x 354) Hari
=  1.000 sanah – 17.700 Hari
=  1.000 sanah – (17.700 Hari/365 Hari) sanah
=  1.000 sanah – 48,4 sanah
=  1.000 sanah – 48 sanah
=  952 sanah/Tahun Masehi 

Adapun dalam kalender Hijriah/Qamariyah:

=  1.000 sanah – 50 ‘aam
=  (1.000 x 365) Hari – 50 ‘aam
=  365.000 Hari – 50 ‘aam
=  (365.500 Hari/354 Hari) ‘aam – 50 ‘aam
=  1031,0 ‘aam – 50 ‘aam
=  1031 ‘aam – 50 ‘aam
=  981 ‘aam/Tahun Hijriah

Sehingga, lama nabi Nuh a.s tinggal bersama kaumnya adalah:

=  952 Tahun dalam kalender Masehi
Atau
=  981 Tahun dalam kalender Hijriah

Demikianlah dua contoh Sobat yang disebutkan al-Quraan mengenai sanah dan ‘aam yang memiliki perbedaan. Sanah mengacu kalender Masehi, sedangkan ‘amm mengacu kalender Hijriah. Sehingga, operasi pejumlahannya tidak dapat dilakukan secara langsung. Dalam ilmu matematika, kajian ini disebut dengan operasi bilangan dengan satuan berbeda. Yach, contohnya seperti yang telah diuraikan dalam dua ayat di atas. Lalu, apakah al-Quran menyebutkan juga operasi bilangan denga satuan sama?

Jawabannya, iya ! Perhatikan ayat di bawah ini:

فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فِي الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ﴿سورة البقرة: ۱٩٦﴾

Artinya: Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. (Q.S. al-Baqarah: 196)

Dalam ayat di atas, Nampak bahwa 3 satuannya dalam hari dan 7 juga dalam satuan hari. Dengan demikian, penjumlahan 3 dan 7 dapat dilakukan karena satuannya sama, yaitu hari. Jadi diperoleh, (3 hari + 7 hari = 10 hari). Ini ditunjukkan dalam ayat di atas dengan, (تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ) “Itulah sepuluh (hari) yang sempurna”.

Dalam ayat lain disebutkan: 

وَوَاعَدْنَا مُوسَى ثَلَاثِينَ لَيْلَةً وَأَتْمَمْنَاهَا بِعَشْرٍ فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ﴿سورة الأعراف: ۱٤٢﴾

Artinya: Dan telah Kami janjikan kepada Musa (memberikan Taurat) sesudah berlalu waktu tiga puluh malam, dan Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. (Q.S. al-A’raf: 142)

Pada ayat di atas, nampak bahwa 30 satuannya adalah malam dan 10 juga dalam satuan malam. Dengan demikian, penjumlahan 30 dan 10 dapat dilakukan karena satuannya sama, yaitu malam. Jadi diperoleh, (30 malam + 10 malam = 40 malam). Ini dapat dilhat dari ungkapa, (فَتَمَّ مِيقَاتُ رَبِّهِ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً) “maka sempurnalah waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam”.

Demikianlah, dua contoh dalam al-Quran mengenai operasi bilangan dengan satuan sama. Bilangannya dapat dijumlahkan secara langsung bahkan disebutkan sendiri hasilnya dalam al-Quran. Adapun dua contoh sebelumnya, mengenai operasi bilangan dengan satuan berbeda, bilangannya tidak dapat dijumlahkan secara langsung. Itulah sebabnya tidak disebutkan juga hasilnya seperti dalam operasi bilangan satuan sama. Allah menginginkan peran manusia untuk mengkaji dan mempelajarinya dengan bantuan akal yang Ia telah anugerahkan kepada setiap manusia.

Inilah bukti bahwa tuntunan al-Quran memuat segala aspek kehidupan. Olehnya, mudah-mudahan bahasan tadi, khusunya mengenai Ashabul Kahfi dan Nabi Nuh bersama kaumnya dapat kita pahami lebih baik lagi. Bahwa terdapat operasi bilangan dengan satuan berbeda mengenai informasi mereka yang disebutkan dalam al-Quran. Juga, dapat lebih menghayati akan hal-ihwal kalender Hijriah dan Masehi sebagai salah satu tanda Allah.

Sekian - Semoga Bermanfaat !!

SQ BLOG - pdf Download
Link 1 : Disini
Link 2 : Disini

SQ BlogTidak ada sesuatu pun yang menandingi kekusasaan dan ke-Mahatahuan Allah SWT. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran dan hadis yang menegaskan keterangan tersebut. Di antara ayat yang menegaskan ini ialah surah Al-Baqarah ayat 29:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿سورة البقرة: ٢٩﴾

Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 29)

Dalam ayat lain disebutkan:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿سورة لقمان: ٣٤﴾

Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Lukman: 34)

Itulah diantara dua ayat yang menegaskan sifat Maha Mengetahui bagi Allah SWT dan masih banyak lagi yang teman-teman dapat lihat sendiri dalam kitab suci al-Quran. Sifat ini kita kenal dengan sifat wajib bagi Allah, 2 dari 20 sifat wajib tersebut mewakili sifat Maha Mengetahui, yaitu ilm’ (علم) dan ‘Alim (عالم). Admin yakin sahabat SQ Blog sudah mengetahui semua sifat-sifat ini yang lawannya adalah sifat mustahil. Bahkan mungkin telah menghafalkannya sejak kecil.

Sehubungan hal di atas dengan tema kali ini, perlu kita renungkan, bagaimana kita menghubungkan sifat Mengetahui bagi Allah dengan ayat di bawah ini: 

وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ ﴿سورة الصافات: ۱٤٧﴾
Artinya: Dan kami utus dia (Yunus a.s) kepada seratus ribu orang atau lebih. (Q.S. As-Shaffat: 147) 
Ayat di atas, menyatakan bahwa Nabi Yunus diutus kepada umatnya yang jumlah mereka 100.000 (مِائَةِ أَلْفٍ) orang atau (يَزِيدُونَ) lebih. Jika membaca ayat ini secara saksama, ada rasa atau kesan bahwa terdapat keraguan dalam menentukan jumlah umat Nabi Yunus. Muncul sejumlah pertanyaan, bagaimana dengan keterangan sebelumnya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu? Bukankah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu termasuk jumlah umat Nabi Yunus?

Mengapa harus menyatakan 100.000 atau lebih? Mengapa tidak menyatakan dengan jumlah yang sebenarnya? Bukankah Allah SWT Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah terdapat pesan lain yang Allah sampaikan dalam ayat ini, yaitu “ilmu estimasi/taksiran”. Melalui ayat ini, Allah mengajarkan sutau ilmu dalam matematika kepada manusia yang dikenal dengan estimasi.
Jika Sobat sedang menonton suatu pertunjukkan, lalu ditanya berapa penonton yang ada? Apakah Sobat akan menghitungnya satu persatu? Jika jumlahnya sedikit, tentu bisa dihitung satu per satu. Tetapi bagaimana jika jumlahnya banyak? Tentu Sobat akan melakukan taksiran dengan mengatakan, misalnya “penonton sebanyak 1.000 orang atau lebih”, “tidak kurang dari 1.000 orang”, atau “tidak sampai 1.000 orang”. Ya, itulah estimasi.

Estimasi adalah ketrampilan untuk menentukan sesuatu tanpa melakukan proses penghitungan secara eksak. Para ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa pembelajaran estimasi merupakan fenomena yang relatif baru. Baru pada tahun 1980-an, perhatian terhadap pembelajaran estimasi dilakukan secara serius di Amerika. Walle menyatkan bahwa pembelajaran ketrampilan estimasi menjadi sangat penting bagi siswa. Penghitungan terhadap sesuatu dalam kehidupan sehari-hari dengan estimasi sangat penting untuk menghemat waktu.

Pada tahun 1989, estimasi mulai dimasukkan dalam kurikulum matematika di sejumlah Negara. Indonesia sendiri baru memberika perhatian terhadap cabang ilmu matematika ini pada tahun 2000-an. Suatu fenomena yang sangat unik, karena al-Quran telah memberikan contoh estimasi sejak 1400 tahun yang lalu dalam surah Al-Shaffat ayat 147. Semoga ini mengingatkan kita bahwa konsep ilmu sesungguhnya dapat dikembangkan dari Al-Quran termasuk matematika.

Salam SQ BLOG - Semoga Bermanfaat

Link 1  >> HAS
Link 2  >> RUL

SQ Blog - Beberapa postingan kami sebelumnya mengenai sturuktur kode 19 dalam al-Quran, selain menampakkan sisi mukjizat yang menakjubkan, di sisi lain tentu masih manimbulkan rasa keraguan, rasa ketidakpercayaan dan semisalnya. List topik tersebut bisa dilihat lagi pada uraian sebelumnya. Bagi admin, itu hal wajar Sobat, ragu merupakan salah satu fitrah manusia. Itulah sebabnya Allah membekali kita denga qalbu dan akal. Kecuali jika keraguan dibarengi dengan kedengkian, kemarahan, pelecehan, apalagi sampai permusuhan, nah ini baru namanya tidak wajar. Hati-hati dengan sifat ini, hehe !

Kembali ke topik, struktur kode 19 nan ajaib. Masih ragu? Kami memberikan tawaran yang murah, enteng lagi gratis..tis..tis…! Semoga aja yang masih ragu akan menghilangkan keraguaannya, kalau perlu dibinasakan aja dan yang sudah percaya akan menambah kenyakinannya. Nhe produknya sobat, yaitu Kalkulasi Probabilitas dalam Strukutur Kode 19. Oh yach, Sobat perlu ketahui bahwa probabilitas kadang juga disebut peluang. Ilmu ini merupakan salah satu penerapan dari ilmu matematika. Silahkan baca sumber terkait untuk lebih mendalaminya.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa keraguan muncul dalam topik ini karena adanya prasangka bahwa kode 19 itu hanya kebetulan saja. Makanya, kalkulasi probabilitas akan memberikan jawaban, apakah layak di jawab sebagai suatu kebetulan atau tidak? Simak uraiannya di bawah:

[accordion] [item title="Postingan terkait"]Kode 19 dalam Basmalah[/item] [item title="Klik di sini untuk Baca"]
[/item] [/accordion]

Probabilitas struktur kode 19 dalam Basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) !

1. 1/19 adalah probabilitas bagi setiap kata dalam basmalah untuk diulang sebagai kelipatan 19, maka untuk empat kata probabilitasnya adalah 1/19 pangkat 4. (Ada 4 kata dalam basmalah, belum jelas, lihat kajiannya sebelumnya);

2. Jika disamping probabilitas ini, kita tambahkan probabilitas “menyaksikan” (شاهد) yang menggatikan kata “nama” (اسم) diulang sebagai kelipatan 19 (kajian ini belum kami posting), maka probabilitas kita menjadi 1/19 pangkat 5.

3. Baik dalam basmalah maupun tabel sifat Allah (kajian ini juga belum kami posting), koefisien empat kata itu adalah, 1 + 142 + 3 + 6 = 152 (19 x 8). Satu bahasan ini lagi akan menambah probabilitasnya menjadi 1/19 pangkat 6.
Probabilitas/peluang sementara menunjukkan 1/19 pangkat 6, yaitu 1/47.045.881. Nilai peluang ini dapat kita baca bahwa jika terdapat 47.045.881 struktur, peluangnya hanya sekali (1). Sungguh jauh dari teka-teki kebetulan. Mari kita lanjutkan, karena masih ada struktur yang belum dipertimbangkan.
4. Hitungan mengenai jumlah kemunculan sifat Allah secara terpisah di sisi kanan dan sisi kiri juga penting, karena angka kedua sisi tersebut sama dan angka kemunculan sifata Allah merupakan kelipatan 19. Kemunculan kata Allah dalam al-Quran adalah 2.698. Probabilitas menemukan angka yang sesuai dengan keinginan kita dari rangkaian ini adalah 1/2.698. Apabila kita mengulanginya penghitungan ini 4 kali, maka probabilitas penemuannya menjadi 1/2.698 pangkat 4. Jadi, probabilitas yang kita peroleh sampai sekarang adalah 1/19 pangkat 6 x 1/2.698 pangkat 4.

Hasilnya adalah,… bacalah jika anda bisa !

1/19 pangkat 6 x 1/2.698 pangkat 41/2.492.811.198.929.644.375.696

Perhitungan probabilitas di atas memperlihatkan betapa mustahilnya membentuk tabel 19 secara kebetulan. Hal ini menunjukkan bahwa strukturnya telah dirancang oleh Allah SWT. Ini pun baru melibatkan probabilitas dalam Basmalah, belum pada struktur-struktur lain yang letaknya tersebar dalam al-Quran. Pada uaraian Basmalah saja di atas, masih terdapat topik yang belum dimasukkan. Seperti, kesesuain akan kemunculan 4 kata dalam basmalah yang ada di sisi kiri dan 4 kata yang ada di sisi kanan, dan lain-lain. Wa Allahu ‘Alam bi al-Shawab !

Mungkin cukup satu probabilitas saja yang kami sajikan. Kami tidak dapat menguraikannya secara luas dalam tulisan sederhana ini. Sobat dapat rujuk langsung buku Caner Taslaman untuk lebih mendalami !

pdf Free

SEKIAN - ADMIN

SQ Blog - Di tengah-tengah pembahasan struktur kode 19 dalam al-Quran, terdapat satu bahasan pokok yang harus di ketahui, yaitu cara menghitung nilai numerik suatu huruf. Olehnya, sekilas pengetahuan akan hal-ihwal “Nilai Numerik suatu Huruf” dalam kajian ini memiliki peranan penting. Tentunya, huruf yang dimaksud di sini ialah huruf-huruf hijaiyah Arab karena al-Quran menggunakan bahasa Arab.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْآنًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ (سورة يوسف : 2)

Nilai numerik (Numerical Value) atau nilai gematrical (Gematrical Value) adalah bilangan yang dipasangkan pada huruf tersebut. Saat al-Quran diturunkan 14 abad lalu, sistem penulisan bilangan yang dikenal sekarang belum ada saat itu. Sebagai gantinya, huruf-huruf digunakan sebagai untuk bilangan. Berikut tabel nilai numerik huruf hijaiyah:

NO. HURUF NILAI NUMERIK
Huruf Arab Huruf Latin
1 ا Alif 1
2 ب Ba 2
3 ج Jim 3
4 د Dal 4
5 هـ Hha 5
6 و Wau 6
7 ز Za 7
8 ح Ha’ 8
9 ط Tha’ 9
10 ي Ya 10
11 ك Kaf 20
12 ل Lam 30
13 م Mim 40
14 ن Nun 50
15 س Sin 60
16 ع ‘Ain 70
17 ف Fa’ 80
18 ص Shad 90
19 ق Qaf 100
20 ر Ra’ 200
21 ش Syin 300
22 ت Ta’ 400
23 ث Tsa’ 500
24 خ Kha’ 600
25 ذ Dzal 700
26 ض Dhad 800
27 ظ Dzad 900
28 غ Ghin 1.000

Berdasarkan tabel diatas, berikut kita lihat contoh cara menghitung nilai numerik suatu kata dan kalimat:

Contoh 1
Berapa nilai numerik kata “Muhammad” (محمد)?

HURUF NILAI NUMERIK
م 40
ح 8
م 40
د 4
TOTAL 92

Jadi, nilai numerik kata (محمد) adalah 92.

Note: Huruf bertasydid tetap dihitung satu huruf. 

Contoh 2
Berapa nilai numerik kata “Basmalah” (بسم الله الرحمن الرحيم)?

HURUF NILAI NUMERIK
ب 2
س 60
م 40
ا 1
ل 30
ل 30
هـ 5
ا 1
ل 30
ر 200
ح 8
م 40
ن 50
ا 1
ل 30
ر 200
ح 8
ي 10
م 40
TOTAL 786

Jadi, nilai numerik kata basmalah (بسم الله الر حمن الر حيم) adalah 786. 

Contoh 3 
Berapa nilai numerik kata “Hasrul” (حسرول)?

HURUF NILAI NUMERIK
ح 8
س 60
ر 200
و 6
ل 30
TOTAL 304

Jadi, nilai numerik kata Hasrul (حسرول) adalah 304. Itu adalah nilai numerik dari namaku. Ehh, ternyata nilai numerik namaku juga merupakan kelipatan 19, lihat aja (304 = 19 x 16). Sesuatu,.. masuk struktur kode 19, hehe. Bagaimana dengan nama Sobat? Silahkan dihitung sendiri !!

Sekian bahasan cara menghitung nilai numerik suatu kata/kalimat. Moga bermanfaat, silahkan simpan file pdf postingan ini dengan klik di bawah:

SALAM SQ BLOG

SQ Blog - siang ini admin akan kembali menyinggung mengenai bilangan 19. Beberapa tulisan kami sebelumnya mengenai topik ini, diantaranya mengenai asal usul bilangan 19 dan beberapa pola ajaib bilangan 19 dalam al-Quran. Satu bentuk pertanyaan yang mungkin masih menjadi satu sandungan tersendiri setelah membaca kajian-kajian tersebut ialah mengapa harus 19? Mengapa bukan yang lain? Bukankah bilangan lain masih banyak?

Jawaban pertanyaan di ataslah yang akan menjadi topik kita kali ini; mengapa bilangan 19? Bukankah masih banyak bilangan-bilangan istimewa lain, seperti 1 atau 3? Mengapa bukan 13 yang diakui secara internasional sebagai bilangan mengerikan? Mengapa bukan 17 yang diakui kaum muslimin sebagai bilangan istimewa karena adanya 17 raka’at shalat wajib dan 17 ramadhan al-Quran mulai diturunkan?

Langsung simak aja uraiannya di bawah Sobat;

Jawaban 1:
(Bilangan 19 Menempati Posisi
Istimewa dalam al-Quran)

Diantara bilangan-bilangan yang disebutkan dalam al-Quran adalah bilangan 19 yang menempati posisi yang khusus dan istimewa. Keistimewaan bilangan 19 ditegaskan oleh Allah SWT dalam surah al-Mudatsir ayat 30:

عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ ﴿سورة المد ثر: ٣٠﴾

Artinya: “Di atasnya ada 19. (Q.S. al-Mudatsir [74]: 30)

Bilangan 19 dalam ayat di atas ditafsirkan oleh sebagian besar ahli tafsir dengan jumlah malaikat. Menurut Rashad Khalifa, menafsirkan bilangan 19 sebagai jumlah malaikat adalah tidak tepat. Bagaimana mungkin jumlah malaikat dapat dijadikan untuk cobaan bagi orang-orang kafir sebagaimana keterangan yang termaktub dalam ayat selanjutnya.

وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلَّا مَلَائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلَّا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلَا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلًا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ وَمَا هِيَ إِلَّا ذِكْرَى لِلْبَشَرِ. ﴿سورة المد ثر: ٣۱﴾

Artinya: Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat. Dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya dan supaya orang-orang yang diberi Al Kitab dan orng-orang mukmin itu tidak ragu-ragu dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (mengatakan): "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perumpamaan?" Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. Dan Saqar itu tiada lain hanyalah peringatan bagi manusia”. (Q.S. al-Mudatsir [74]: 31)

Berdasarkan 2 ayat di atas, terungkap bahwa bilangan 19 mempunyai tiga fungsi utama, yaitu:
  1. Menjadi cobaan (fitnah) bagi orang-orang kafir dan orang-orang yang mempunyai penyakit di hatinya;
  2. Memantapkan keyakinan orang-orang yang diberi al-Kitab (sebelum turunnya al-Quran);
  3. Menambah keimanan orang-orang mukmin.
Jawaban 2:
(Bilangan 19 dan Tinjauan Berdasarkan
Nilai Numerik)

Keterangan mengenai nilai numerik, uraiannya dapat dilihat “disini” yang telah kami posting sebelumnya. Tinjauan mengapa 19 dengan nilai numerik dapat dilihat pada kata Waahid (واحد). Kata (واحد) dan semua derivasinya disebutkan dalam al-Quran sebanyak 25 kali. Kata (واحد) berarti satu, esa, atau tunggal. Jika menghitung nilai numerik kata (واحد) akan diperoleh bilangan 19.

HURUF NILAI NUMERIK
و 6
ا 1
ح 8
د 4
TOTAL 19

Jadi, bilangan 19 adalah nilai numerik kata (واحد). Selain itu, bilangan 19 sendiri mengarah pada 1 (واحد) jika digit bilangannya dijumlahkan, yaitu (1) dan (9) sehingga diperoleh (1 + 9 = 10). Selanjutnya, digit bilangan 10, yaitu (1) dan (0) dijumlahkan akan diperoleh (1 + 0 = 1).

Jadi bilangan 19 sendiri mengarah pada bilangan 1. Gambaran ini menegaskan bahwa adanya struktur bilangan 19 dalam al-Quran seakan memberikan jawaban bahwa al-Quran dibuat, diturunkan, dan dijaga oleh dzat yang Satu, yang Esa, yang Tunggal. Allah adalah dzat yang Waahid.

Jawaban 3:
(Bilangan 19 dan Tinjauan Berdasarkan
Matematika)

Mengapa 19? Secara matematika, jawaban pertama yang paling mudah adalah karena bilangan 19 merupakan bilangan ganjil. Bilangan ganjil adalah bilangan yang jika dibagi dua mempunyai sisa 1. Pemilihan bilangan ganjil sangat beralasan. Bukankah Allah SWT menyukai sesuatu yang ganjil. Nabi menegaskan dalam hadisnya yang bersumber dari Abu Hurairah r.a:

إِنَّهُ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ ﴿رواه مسلم﴾

Artinya: “Allah adalah ganjil dan menyukai sesuatu yang ganjil. (H.R. Imam Muslim)

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa harus 19? Bukankah bilangan ganjil yang lain masih banyak? Misalnya 1, 3, 5, 7, 9, 11, dan seterusnya. Ternyata bilangan 19 adalah bilangan prima dan tidak semua bilangan ganjil adalah prima. Bilangan prima adalah bilangan yang mempunyai dua pembagi, yaitu 1 dan bilangan itu sendiri. Jadi, 19 adalah bilangan ganji dan juga bilangan prima.

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah mengapa harus 19? Bukankah bilangan prima selain 19 masih banyak? Misalnya 3, 5, 7, 11, 13, 17, dan seterusnya. Mengapa bukan 17 yang memiliki nilai keistimewaan karena adanya 17 rakaat Shalat dan 17 Ramadhan al-Quran mulai diturunkan sebagaimana disebutkan sebelunya? Jawabannya adalah karena bilangan 19 adalah bilangan prima yang unik. 19 dapat dinyatakan sebagai jumlah pangkat 1 dari 10 dan 9, (101 + 91 = 19). Selain itu, 19 dapat dinyatakan sebagai selisih pangkat 2 dari 10 dan 9, (102 – 92 = 100 – 81 = 19).

Jika dikembangkan lebih lanjut, jumlah pangkat 3 dari 10 dan 9, kemudian digitnya dijumlahkan, akan diperoleh (103 + 93 = 1.000 + 729 = 1.729 = (1 + 7 + 2 + 9 = 19). Jumlah pangkat 4 dari 10 dan 9, kemudian digitnya dijumlahkan, akan diperoleh (104 + 94 = 10.000 + 6.561 = 16.561 = (1 + 6 + 5 + 6 + 1 = 19). Kemudian, selisih pangkat 5 dari 10 dan 9, kemudian digitnya dijumlahkan, akan diperoleh (105 - 95 = 100.000 – 59.049 = 40.951 = (4 + 0 + 9 + 5 + 1 = 19). Hasil pangkat di atas menunjukkan selalu mengarah pada bilangan 19. Bagiku, ini sungguh unik ! Bagi Sobat, hati kalian yang menentukan masing-masing ! Silahkan dikaji sendiri mengenai keunikan dari jumlah atau selisih atas bilangan pangkat ini selanjutnya !

Selain keunikan di atas, bilangan 19 juga menampilkan keunikan pada bilangan penyusunnya, yaitu 1 dan 9 yang mempunyai keistimewaan yang tidak dimiliki bilangan lain. Keistimewaan bilangan 1 adalah bahwa semua bilangan asli (Natural Numbers) berasal dari 1.

2 = 1 +1
4 = 1 + 1 + 1 + 1
7 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
9 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
11 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
13 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
17 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
19 = 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1
…, Dan seterusnya.

Adapun keistimewaan bilangan 9 adalah bahwa jumlah digit hasil kali suatu bilangan dengan 9 akan selalu sama dengan 9.

2 x 9 = 18 (1 + 8 = 9)
3 x 9 = 27 (2 + 7 = 9)
7 x 9 = 63 (6 + 3 = 9)
13 x 9 = 117 (1 + 1 + 7 = 9)
25 x 9 = 225 (2 + 2 + 5 = 9)
41 x 9 = 369 (3 + 6 + 9 = 18, 1 + 8 = 9)
99 x 9 = 891 (8 + 9 + 1 = 18, 1 + 8 = 9)
199 x 9 = 1791 (1 + 7 + 9 + 1 = 18, 1 + 8 = 9)
300 x 9 = 2700 (2 + 7 + 0 + 0 = 9)
456 x 9 = 4104 (4 + 1 + 0 + 4 = 9)
1000 x 9 = 9000 (9 + 0 + 0 + 0 = 9)

Keistimewaan lain dari perkalian suatu bilangan dengan 9 yaitu akan selalu menghasilkan suatu pola tertentu yang menunjukkan suatu keindahan dan keserasian. Perhatikan di bawah ini:

Itulah beberapa keunikan pada bilangan 1 dan 9 yang menandai berakhirnya jawaban mengapa 19 dengan tinjauan berdasarkan matematika. Berakhirnya ulasan ini juga membawa kita pada penghujung topik kali ini. Akhirnya kita dapatkan beberapa jawaban akan pertanyaan, mengapa 19? Ada apa dengan 19? Apa gerangan rahasianya?

Sebagai review, sobat dapat menjawabnya dengan 3 tinjauan:
  1. Tinjauan bahwa bilangan 19 menempati posisi istimewa dalam al-Quran, yaitu dalam surah al-Mudatsir ayat 30 dan 31.
  2. Tinjauan berdasarkan nilai numerik 19 yang mengarah pada kata Waahid (واحد) yang berarti satu atau esa. Disisi lain, 19 juga selalu mengarah pada satu. Bukankah Allah adah dzat yang Maha Esa?
  3. Tinjauan berdasarkan matematika yang memiliki bahwa keistimewaan dan keunikan dibandingan bilangan-bilangan lain.
Sekian, semoga bermanfaat !! Sebagai hidangan penutup;

Bukankah Allah itu indah dan menyukai keindahan, Jadi, kurang patut kiranya jika mengaku sebagai seorang muslim tetapi tidak menyukai keindahan, keserasian, keharmonisan, keteraturan, dan keseimbangan. 

Wassalam – SQ Blog

pdf DOWNLOAD
Link 1 : DISINI
Link 2 : DISINI

SQ Blog - Salam semuanya, ini adalah sedikit review mengenai bilangan 19 setelah sebelumnya mengulas keajaiban sejarah 19 dan beberapa struktur 19 dalam al-Quran. Menakjubkan tidak? Semoga uraian-uraian sebelumnya dapat mengantarkan Sobat sekalian menyelami strukur bilangan 19 yang ditampilkan dalam Al-Quran secara cermat dan tepat.

Sobat sekalian, Beberapa tahun belakangan, bidang ilmu pengetahuan/sains khususnya matematika turut menjadi perbincangan yang serius dalam kitab suci al-Quran. Para ilmuwan mengungkapkan sejumlah kajian dalam ilmu matematika telah disinggung dalam al-Quran dan beberapa konsep lainnya dapat dikembangkan dari informasi kitab suci ini. Sesungguhnya, ini kurang lebih seperti dengan abad awal kejayaan Islam ketika para Ilmuwannya terinpirasi dari informasi-informasi yang disebutkan dalam al-Quran. Keterangan tersebut menujukkan bahwa maju mundurnya umat Islam tergantung atas hubungan komunikasinya dengan al-Quran. Karena kitab suci ini akan selalu memberikan jawaban dalam setiap keadaan manusia, termasuk ilmu pengetahuan dalam kehidupan modern saat ini.

Matematika sebagai satu cabang ilmu pengetahuan yang memiliki peran sangat signifikan dalam hubungannya dengan berbagai ilmu lainnya menjadi satu media sentral untuk menyampaikan pesan-pesan dalam al-Quran. Memang bisa diakui dan tak diragukan lagi bahwa bahasa angka memiliki tingkat universalitas yang lebih tinggi daripada bahasa huruf (verbal). (Aman dkk, 2008) Beberapa ilmuwan dan peneliti yang mendalami kajian ini, yaitu Rashad Khalifa, Ahmed Deedat, Caner Taslaman, Katerina Kullman, Cesar Adib Manjul, Fahmi Basya, Abdussyakir, Edip Yuksel, Arifin Muftie, Abdul Halim, dan lain-lain.

Oh yach, pembahasan sebelumnya; Keajaiban Sejarah 19, kami review sedikit dan beberapa penambahan. Karena pembahasan tersebut sangat urgen/penting dipahami sebelum memasuki pembahasan-pembahasan selanjutnya. Topik Keajaiban Sejarah 19 sebelumnya menegaskan beberapa bahasan penting, diantaranya:
  • Surat al-Mudatsir telah memberikan kode tahun penemuan rahasia bilangan 19, yaitu tahun 1974. (Uraiannya lihat lagi disini) Dan memang demikian bahwa bahasan ini mulai dikaji pada tahun 1974.
  • Penegasan akan bilangan 19 ditegaskan dalam Surah al-Mudatsir ayat 30:
عَلَيْهَا تِسْعَةَ عَشَرَ ﴿سورة المدثر: ٣٠﴾

Artinya: “Dan di atasnya ada 19 (malaikat penjaga).” (Q.S. al-Mudatsir [74]: 30)
  • Ayat selanjutnya (al-Mudatsir: 31), memberikan penegasan akan maksud dan tujuan dari bilangan 19, yaitu:
  1. Menambah keimanan orang-orang mukmin;
  2. Meneguhkan hati para Ahlul Kitab;
  3. Menjadi fitnah/cobaan bagi orang-orang kafir.
  • Terakhir, silahkan pilih anda termasuk bagian mana dari 3 pilihan di atas. Sekarang pun pilihannya tinggal 1 dan 3, karena golongan 2 (ahlul kitab/umat yang menerima kitab sebelum al-Quran diturunkan) telah berlalu.
Setelah memahami poin di atas, mudah-mudahan dapat mengantarkan ke pambahasan Selanjutnya yang sebagaiannya telah kami posting. Berikut beberapa struktur kode 19 sebelumnya yang telah kami posting. Poin-poin uraiannya terdapat 4 topik, yaitu:

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.