SQ Blog - Tidak ada sesuatu pun yang menandingi kekusasaan dan ke-Mahatahuan Allah SWT. Banyak sekali ayat-ayat al-Quran dan hadis yang menegaskan keterangan tersebut. Di antara ayat yang menegaskan ini ialah surah Al-Baqarah ayat 29:
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ ﴿سورة البقرة: ٢٩﴾
Artinya: Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 29)
Dalam ayat lain disebutkan:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ ﴿سورة لقمان: ٣٤﴾
Artinya: Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Lukman: 34)
Itulah diantara dua ayat yang menegaskan sifat Maha Mengetahui bagi Allah SWT dan masih banyak lagi yang teman-teman dapat lihat sendiri dalam kitab suci al-Quran. Sifat ini kita kenal dengan sifat wajib bagi Allah, 2 dari 20 sifat wajib tersebut mewakili sifat Maha Mengetahui, yaitu ilm’ (علم) dan ‘Alim (عالم). Admin yakin sahabat SQ Blog sudah mengetahui semua sifat-sifat ini yang lawannya adalah sifat mustahil. Bahkan mungkin telah menghafalkannya sejak kecil.
Sehubungan hal di atas dengan tema kali ini, perlu kita renungkan, bagaimana kita menghubungkan sifat Mengetahui bagi Allah dengan ayat di bawah ini:
وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ ﴿سورة الصافات: ۱٤٧﴾
Artinya: Dan kami utus dia (Yunus a.s) kepada seratus ribu orang atau lebih. (Q.S. As-Shaffat: 147)
Ayat di atas, menyatakan bahwa Nabi Yunus diutus kepada umatnya yang jumlah mereka 100.000 (مِائَةِ أَلْفٍ) orang atau (يَزِيدُونَ) lebih. Jika membaca ayat ini secara saksama, ada rasa atau kesan bahwa terdapat keraguan dalam menentukan jumlah umat Nabi Yunus. Muncul sejumlah pertanyaan, bagaimana dengan keterangan sebelumnya bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu? Bukankah Allah SWT Maha Mengetahui segala sesuatu termasuk jumlah umat Nabi Yunus?
Mengapa harus menyatakan 100.000 atau lebih? Mengapa tidak menyatakan dengan jumlah yang sebenarnya? Bukankah Allah SWT Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata?
Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah terdapat pesan lain yang Allah sampaikan dalam ayat ini, yaitu “ilmu estimasi/taksiran”. Melalui ayat ini, Allah mengajarkan sutau ilmu dalam matematika kepada manusia yang dikenal dengan estimasi.
Jika Sobat sedang menonton suatu pertunjukkan, lalu ditanya berapa penonton yang ada? Apakah Sobat akan menghitungnya satu persatu? Jika jumlahnya sedikit, tentu bisa dihitung satu per satu. Tetapi bagaimana jika jumlahnya banyak? Tentu Sobat akan melakukan taksiran dengan mengatakan, misalnya “penonton sebanyak 1.000 orang atau lebih”, “tidak kurang dari 1.000 orang”, atau “tidak sampai 1.000 orang”. Ya, itulah estimasi.
Estimasi adalah ketrampilan untuk menentukan sesuatu tanpa melakukan proses penghitungan secara eksak. Para ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa pembelajaran estimasi merupakan fenomena yang relatif baru. Baru pada tahun 1980-an, perhatian terhadap pembelajaran estimasi dilakukan secara serius di Amerika. Walle menyatkan bahwa pembelajaran ketrampilan estimasi menjadi sangat penting bagi siswa. Penghitungan terhadap sesuatu dalam kehidupan sehari-hari dengan estimasi sangat penting untuk menghemat waktu.
Pada tahun 1989, estimasi mulai dimasukkan dalam kurikulum matematika di sejumlah Negara. Indonesia sendiri baru memberika perhatian terhadap cabang ilmu matematika ini pada tahun 2000-an. Suatu fenomena yang sangat unik, karena al-Quran telah memberikan contoh estimasi sejak 1400 tahun yang lalu dalam surah Al-Shaffat ayat 147. Semoga ini mengingatkan kita bahwa konsep ilmu sesungguhnya dapat dikembangkan dari Al-Quran termasuk matematika.
Salam SQ BLOG - Semoga Bermanfaat
Link 1 >> HAS
Link 2 >> RUL
Posting Komentar