Postingan Terbaru

Rasa syukur semoga senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas izin-Nya masih memanjangkan usia kita sehingga dapat bertemu kembali dengan tahun baru. Hal ini bertepatan juga dengan suasana awal bulan rajab yang penuh kemuliaan di sisi Allah. Yaitu salah satu bulan-bulan haram, yang penuh kemuliaan di dalamnya.

Nabi SAW menyatakan:

السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَان

Tahun terdiri atas 12 bulan, di antaranya 4 bulan haram. 3 bulan berturut-turut, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab terletak di antara Jumada (Jumadil Akhir) dan Sya'ban. (H.R. Al-Bukhari)

Demikian juga dalam surat At-Taubah ayat 36 ditegaskan:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya. (Q.S. At-Taubah: 36)


Limpahan anugerah dan rahmat Allah tersebut mengantarkan kita pada gerbang dan pintu-pintu kebaikan. Awal tahun ini mendorong kita untuk meningkatkan kualitas diri yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Dan suasana awal bulan Rajab mendorong kita untuk membenahi diri dalam upaya menyambut bulan Sya'ban dan bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan di sisi Allah SWT.

Berkenaan dengan ini, satu ayat yang patut disampaikan dalam rangka meningkatkan kulitas diri kita ialah firman Allah SWT dalam surat Al-Hasyr ayat 18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18)

Pesan pertama : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَwahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Dalam pengertian umum taqwa adalah:

امتثال أوامر الله واجتناب نواهيه

Melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya.

Dari pengertian takwa ini dan beragam makna lainnya yang telah dikemukakan para ulama, satu kesimpulan yang dapat dikemukakan bahwa taqwa adalah upaya menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat mendatang azab, musibah, bencana, keburukan dan lainnya. Baik itu berkenaan dengan pelanggaran terhadap hukum-hukum alam raya yang dapat menyebabkan datangnya musibah dan bencana, maupun pelanggaran terhadap hukum-hukum syariat yang dapat mengakibatkan datangnya azab dan siksa Allah SWT.

Melanggar hukum hukum-hukum alam raya, berlaku umum dan prinsipnya menyebabkan datangnya musibah, bencana, dan malapetaka di dunia. Dan melanggar hukum-hukum agama dan syariat, prinsipnya mengakibatkan datangnya azab dan siksa di akhirat kelak.


Sesuai prinsip ini, seseorang yang melanggar syariat belum tentu mendapat azab di dunia. Demikian juga orang alim yang rajin sholat, puasa, dan sebagainya jika melanggar hukum-hukum alam raya boleh jadi terkena sanksinya. Para ulama misalnya, bisa sakit perut karena memakan makanan kotor. Di sisi lain, orang yang jarang sholat, suka melakukan maksiat dan sebagainya, jangan beranggapan bahwa mereka tidak dapat kaya. Bisa saja mereka kaya raya karena mengikuti sunnatullah dan ketetapan yang berlaku di alam raya ini.

Ini pesan pertama yang dapat dikemukakan bahwa taqwa bukan hanya berkenaan dengan tuntunan agama. Tetapi taqwa memiliki dua sisi, yaitu sisi dunia dan sisi akhirat. Sisi dunia menuntun seorang hamba untuk giat dalam bekerja dan berusaha untuk mencari ridha Allah, dan sisi akhirat menuntun seorang hamba untuk senantiasa beribadah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Pesan kedua: وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍdan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Boleh jadi hari esok yang dekat yaitu dunia, dan hari esok yang jauh yaitu akhirat.

Hendaklah seorang hamba memperhatikan apa yang telah ia lakukan, apa yang telah ia perbuat, dan apa yang telah ia persiapkan untuk hari esok. Setiap orang penting untuk memeriksa, mengevaluasi, dan menghitung apa yang telah ia siapkan hari ini untuk Besok. Boleh jadi besok di masa muda, di masa remaja, di masa tua, dan tentunya besok di akhirat kelak.

Dalam tuntunan agama, upaya ia disebut muhasabah. Sebagai upaya untuk intropeksi, renungan, dan refleksi terhadap diri selama ini. Sekiranya dalam beribadah niatnya masih salah, maka berupaya untuk diperbaiki dan diluruskan. Jika masih keliru karena kurangnya ilmu, maka berusaha membekali diri dengan wawasan dan ilmu yang lebih baik. Jika kiranya sudah baik, maka tinggal ditingkatkan atau paling tidak dipertahankan.

Satu rumus yang dapat menjadi patokan dalam evaluasi diri ialah bandingkan diri anda hari ini dengan hari esok, seperti dikemukakan dalam sebuah atsar:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia tergolong orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia tergolong orang yang merugi. Dan siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).

Orang yang hari ini sama saja dengan hari kemarin masih termasuk orang yang merugi. Paling tidak ia telah rugi modal dan waktu. Dan orang yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin termasuk orang yang celaka. Ia telah banyak menyianyiakan anugerah Allah dan tidak mendapatkan kebaikan apapun dari anugerah dan nikmat-nikmat tersebut sebagaimana mestinya. Bahkan boleh menjadi disalahgunakan dengan melakukan berbagai dosa dan maksiat.

Harapan setiap hamba agar termasuk orang-orang beruntung adalah memperoleh hari ini lebih baik dari hari kemarin. Tahun ini dapat lebih baik lagi dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk meraih harapan ini, mempergunakan sebaik-baik waktu adalah kunci untuk merealisasikannya. Berkenaan hal ini, terdapat tuntunan penting yang diriwayatkan Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya:

على العاقل - مالم يكن مغلوباً على عقله- أن تكون له ساعات: ساعة يناجي فيها ربه، وساعة يحاسب فيها نفسه، وساعة يتفكر فيها في صنع الله، وساعة يخلو فيها لحاجته من المطعم والمشرب

Bagi seseorang yang masih berakal sehat, hendaklah ia memiliki beberapa waktu. Waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu untuk muhasabah dirinya, waktu untuk memikirkan ciptaan Allah, dan waktu untuk bekerja memenuhi kebutuhannya seperti makan dan minum.

Waktu untuk bermunajat, yaitu waktu untuk beribadah dan curhat kepada Sang Maha Pencipta. Seperti mendirikan sholat, puasa, zakat, membaca al-Quran, berdoa, dan beragam ibadah lainnya, baik yang wajib demikian juga amaliah yang sunnah.

Waktu untuk bermuhasab, yaitu waktu untuk mengevaluasi diri. Baik perbuatan, perkataan, dan tindakan lainnya dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang masih kurang dibenahi dan yang sudah baik dipertahankan dan ditingkatkan demi meraih ridha Allah SWT.

Waktu untuk bertafakkur, yaitu waktu untuk merenung dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah SWT. Termasuk di dalamnya mencari ilmu dan menambah wawasan pengetahuan.

Waktu untuk bekerja, yaitu waktu untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Baik itu untuk diri sendiri, maupun untuk memenuhi kebutuhan yang menjadi tanggung jawabnya.

Pesan ketiga: وَاتّقُوا اللّهَ إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ, bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. Ayat ini ditutup dengan mengingatkan kembali perintah taqwa, kemudian dirangkaikan dengan penegasan bahwa Allah Maha Teliti terhadap setiap perbuatan hamba-hamba-Nya.

Para ulama memberikan perbedaan antara Maha Mengetahui (عليم) dan Maha Teliti (خبير). Sifat Alim (عليم) adalah pengetahuan Allah mencakup segala sesuatu, sedangkan Habiir (خبير) adalah pengetahuan Allah secara rinci terhadap segala sesuatu. Dengan demikian, Allah Maha Mengetahui secara rinci dari ketakwaan seorang hamba. 


Ini mengisyaratkan dan mengingatkan seorang hamba untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan meningkatkan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT dimanapun ia berada, dan dalam kondisi dan suasana apapun ia berada.

Nabi SAW mengingatkan:

اتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا

Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka akan menghapuskannya. (H.R. Al-Tirmidzi)

Semoga kita senantiasa dalam keberkahan Allah SWT.

Sekian

Di antara surat dalam Al-Quran yang sering dibaca bahkan dihafalkan, setelah surat Al-Fatihah adalah surat Al-Falaq dan surat An-Naas. Kedua surat ini kemudian disebut Al-Muawwidzatain, yaitu dua surat perlindungan kepada Allah SWT dari segala bentuk keburukan dan kejahatan.

Hal tersebut sesuai keterangan Nabi SAW:

أُنْزِلَتْ عَلَىَّ آيَاتٌ لَمْ يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ.

Diturunkan kepadaku beberapa ayat yang tidak ada menyamainya sedikitpun, yaitu Al-Muawwidzatain. (H.R. Muslim)

Dalam urutan mushaf, surat Al-Muawwidzatain, yaitu surat Al-Falaq dan surat An-Naas merupakan dua surat terakhir yang menjadi surat ke-113 dan surat ke-114. Adapun dalam urutan turunnya wahyu Al-Quran, kedua surat ini dianggap wahyu yang ke-21 dan ke-22 yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW.


Imam Al-Baihaqi dalam Dalail an-Nubuwwah, demikian juga imam Al-Suyuti dalam Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul, keduanya menyebutkan riwayat terkait peristiwa yang melatarbelakangi turunnya surat al-Falaq dan an-Naas. Dalam Dalail an-Nubuwwah disebutkan:

مرض رسول الله مرضا شديدا

Suatu ketika, baginda Rasulullah SAW pernah merasakan sakit yang agak berat.

فأتاه ملكان فقعدا أحدهما عند رأسه والآخر عند رجليه

Beliau pun didatangi oleh dua malaikat, malaikat yang pertama duduk di dekat kepalanya dan malaikat yang kedua duduk di dekat kakinya.

فقال الذي عند رجليه للذي عند رأسه ما ترى؟

Malaikat yang kedua, yang duduk dekat kaki Nabi berkata kepada malaikat pertama yang duduk dekat kepala Nabi, apa pendapatmu terkait sakitnya?

قال طب قال وما طب؟ قال سحر قال ومن سحره؟ قال لبيد بن الأعصم اليهودي

Malaikat yang pertama menjawab: Tubba. Malaikat kedua kembali bertanya, apa itu tubba? Sihir kata malaikat pertama. Siapa yang menyihirnya? kata malaikat kedua kembali bertanya. Labid bin al-A'sham Al-Yahudi kata malaikat kedua.

قال أين هو قال في بئر آل فلان تحت صخرة

Di mana ia menyimpan sihir tersebut? Lanjut malaikat kedua. Di dalam sebuah sumur milik Fulan yang diletakkan di bawah sebuah batu.

فلما أصبح رسول الله بعث عمار بن ياسر في نفر

Tatkala pagi hari telah tiba, Rasulullah SAW mengutus Ammar bin Yasir dan beberapa sahabat lainnya, untuk mengambil sihir tersebut berdasarkan informasi yang telah disampaikan oleh dua malaikat yang mendatangi Nabi.

فإذا ماؤها مثل ماء الحناء

Ketika para sahabat sampai di sumur yang dimaksud, mereka mendapat air sumur tersebut berwarna merah seperti campuran henna, yaitu sejenis pewarna yang dibuat dari tumbuhan. Mereka pun mulai menguras air sumur itu sampai kering dan mendapati sebuah batu di dalamnya.

وتر فيه إحدى عشرة عقدة

Saat mereka mengangkat bawah batu di dalam sumur itu, mereka menemukan di bawahnya sesuatu yang terdiri atas sebelas ikatan. Dan ikatan-ikatan itu tidak dapat dilepaskan.

فأنزلت عليه هاتان السورتان

Akhirnya turunlah wahyu kepada Nabi SAW, yaitu dua surat.

فجعل كلما قرأ آية انحلت عقدة (قل أعوذ برب الفلق) و (قل أعوذ برب الناس)


Setiap Nabi membaca satu ayat dari dua surat tersebut, terlepaslah satu ikatan dari sihir itu. Dua surat tersebut yaitu surat Al-Falaq dan An-Naas yang terdiri atas sebelasa ayat. Sehingga, setelah Nabi membaca kedua surat tersebut, terlepaslah Nabi dari semua pengaruh buruk sihir itu yang dibuat oleh Labid bin Al-A'sham Al-Yahudi.


Keagungan dan kemuliaan surat al-Falaq dan surat an-Naas sebagai surat perlindungan, ditegaskan juga dalam beberapa keterangan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Di antaranya, diriwayatkan oleh Imam al-Nasa'i dalam kitab sunannya:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا ابْنَ عَابِسٍ، أَلاَ أُخْبِرُكَ بِأَفْضَلِ مَا يَتَعَوَّذُ بِهِ الْمُتَعَوِّذُونَ ؟ قَالَ : بَلَى يَا رَسُولَ اللهِ، قَالَ : قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ، وَقُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ . هَاتَانِ السُّورَتَانِ.

Bahwasanya Nabi SAW berkata : Wahai Ibnu Abis, maukah engkau aku tunjukkan sesuatu yang paling mulia untuk memohon perlindungan oleh orang-orang yang memohon dengannya? Ibnu Abis menjawab: Tentu ya Rasulullah. Nabi berkata: Qul a'udzu birabbil falaq dan Qul a'udzu birabbin naas. Inilah dua surat perlindungan. (H.R. Al-Nasa'i)

Kedua surat ini, surat al-Falaq maupun surat an-Naas, diawali perintah:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ

Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai waktu shubuh. Dan perintah:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ

Katakanlah, aku berlindung kepada Tuhan manusia.

Ungkapan tersebut mendorong setiap hamba yang membacanya, hendaknya dibarengi dengan kenyakinan dalam hati bahwa Ialah Allah yang memerintahkan untuk memohon perlindungan, dan Ialah yang mengabulkan setiap permohonan kepada hamba-hamba-Nya, maka dengan ini yaa Rabb, kami membacanya sebagai ketaatan kepada-Mu, maka kabulkanlah yaa Allah.

Menurut keterangan para ulama, surat al-Falaq mewakili perlindungan seorang hamba dari segala keburukan yang bersumber dari luar dirinya. Surat ini berbunyi:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5) 

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan yang (menjaga) fajar (subuh). dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dari kejahatan perempuan-perempuan (penyihir) yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki. (Q.S. Al-Falaq)

Adapun surat an-Naas mewakili perlindungan seorang hamba dari segala keburukan yang bersumber dari dalam dirinya. Surat ini berbunyi:

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Aku berlindung kepada Tuhan manusia, Raja manusia, sembahan manusia. Dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia. (Q.S. An-Naas)

Oleh karenanya, permohonan yang dipanjatkan dalam kedua surat ini mencakup segala keburukan dan kejahatan yang menghampiri manusia setiap saat, baik dari dalam dirinya, demikian juga yang bersumber dari luar dirinya. Sehingga baginda Rasulullah SAW dan para sahabat senantiasa mengamalkan dua surat ini untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Setiap malam menjelang tidur, Nabi SAW membaca surat-surat ini. Imam Al-Bukhari dalam kitab shahihnya meriwayatkan:

عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} ، وَ{قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ} ، وَ{قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ} ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ.


Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Nabi SAW apabila menghampiri tempat tidurnya setiap malam, beliau menyatukan kedua telapak tangannya kemudian meniupnya, lalu membacakan pada keduanya, “Qul huwallahu ahad, Qul a’udzu birabbil falaq, Qul a’udzu birabbin naas.” Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangannya ke seluruh tubuhnya yang dapat ia jangkau. Beliau mulai dari kepala, wajah, serta anggota tubuh lainnya. Beliau melakukan itu tiga kali. (H.R. Muslim)

Demikian juga, ketika Nabi SAW merasakan sakit pada tubuhnya, beliau memohon kesembuhan dengan membaca surat-surat ini.

عَنْ عَائِشَةَ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha bahwa Rasulullah SAW ketika sakit beliau membacakan untuk dirinya surat mu'awwidzat (Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas) dan meniupnya. Ketika sakitnya semakin parah, maka saya bacakan kepadanya dan mengusap dengan tangan beliau mengharap berkah darinya. (H.R. Al-Bukhari)

Semoga kita senantiasa berada dalam keberkahan dan perlindungan Allah SWT. Baik segala keburukan dan kejahatan yang bersumber dari luar diri kita, demikian juga yang bersumber dari dalam kita sendiri. Aamiin yaa Rabb


SQ-Blog - Surat Ghafir adalah salah satu surat dalam Al-Quran yang artinya maha pengampun. Surat ini terletak di antara surat Az-Zumar dan surat Fushshilat. Dalam urutan mushaf, surat ghafir terletak dalam surat ke-40.

Surat ghafir disebut juga surat al-Mu'min yang memiliki arti orang yang beriman. Dan banyak hal lainnya yang bisa dipelajari dalam surat ini, di antaranya:

  1. Salah satu surat yang di awali Fawatih Al-Suwar, yaitu (حم)
  2. Menjelaskan bahwa Allah adalah Zat yang maha pengampun.
  3. Para malaikat senantiasa mendoakan orang-orang yang beriman.
  4. Memuat beberapa kisah, sepert kisah Nabi Musa, Kisah Fir'aun, Haman, Qarun, dan lain-lain.
  5. Menegaskan kiamat pasti akan terjadi.
  6. Memiliki nama lain, yaitu Al-Mu'min.
  7. Dan lain-lain.
Nah teman-teman, untuk menambah wawasan kita tentang surat Ghafir, silahkan buka Quiz surat Ghafir berikut ini.


Selamat belajar teman-teman

SQ-Blog - Surat Fushshilat adalah salah satu surat dalam Al-Quran. Surat ini terletak di antara surat Ghafir dan surat As-Syura'. Dalam urutan mushaf, surat fushshilat terletak dalam surat ke-41.

Banyak hal yang bisa dipelajari dalam surat Fushshilat, di antaranya:

  1. Surat yang di awali fawatih Al-Suwar, yaitu (حم)
  2. Salah satu ayatnya terdapat ayat sajadah
  3. Terdapat hukum tashil
  4. Memuat salah satu ayat istiqomah
  5. Dan lai-lain
Nah teman-teman, untuk menambah wawasan kita tentang surat Fushshilat, silahkan buka Quiz surat Fushshilat berikut ini.


Selamat belajar teman-teman

SQ Blog - Jika ditanya, apakah ada orang yang ingin merugi? Tentu semua menjawab, tidak ada yang ingin mengalami kerugian. Semua orang ingin bahagia dan beruntung. Nah salah satu tips selamat dari merugi, adalah mengetahui apa itu rugi? Dan bagaimana sebab orang menjadi rugi?

Oleh karena itu, admin akan membahas kelompok orang yang merugi yang disebutkan Al-Quran dengan menggunakan kata Khasara (خسر). Penggunaan kata atau ungkapan lain untuk orang-orang merugi telah di bahas dalam Term Kerugian dalam Pandangan Al-Quran

Beberapa kelompok orang merugi yang disebutkan dengan kata khasara (خسر) dalam Al-Quran di antaranya:

Orang yang merugi karena ingkar kepada Allah

Allah SWT mengingatkan dalam surat Al-Kahfi ayat 103-104:

 قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا.

Katakanlah: apakah perlu kami beritahukan tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya kepadamu?

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا.


Mereka yang paling merugi: yaitu orang-orang yang sia-sia amalnya di dunia ini, sedang meraka menyangka bahwa mereka melakukan yang sebaik-baiknya.

أُولَئِكَ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِ رَبِّهِمْ وَلِقَائِهِ فَحَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فَلَا نُقِيمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا.


Yang demikian itu disebabkan: Meraka ingkar terhadap ayat-ayat tuhan mereka dan hari akhir. Maka sis-sialah amalan mereka dan Allah sama sekali tidak menimbang amal mereka pada hari kiamat.

ذَلِكَ جَزَاؤُهُمْ جَهَنَّمُ بِمَا كَفَرُوا وَاتَّخَذُوا آيَاتِي وَرُسُلِي هُزُوًا.


Oleh karena itu, balasan mereka adalah jahannam atas keingkaran mereka, disamping itu mereka juga senantiasa menjadikan ayat-ayat Allah dan rasul-Nya sebagai olok-olok.

Demikianlah kelompok orang-orang yang ingkar kepada Allah, termasuk orang-orang yang merugi kelak di hari kemudian. Usaha yang meraka lakukan sis-sia karena terhalang dengan keingkaran mereka kepada Allah dan rasul-Nya.

Termasuk kelompok ini adalah mereka yang kembali kepada kekufuran. Yaitu orang-orang yang kufur setelah mereka beriman. Dalam surat Al-Maidah ayat 5 disebutkan:

وَمَنْ يَكْفُرْ بِالْإِيمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ.

Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. Al-Maidah: 5)
Inilah golongan pertama yang merugi, mereka yang ingkar atau tidak percaya kepada Allah, dan juga segenap ajaran yang terkandung di dalam rukun iman. Selain percaya kepada Allah, juga percaya kepada malaikat, percaya kitab-kitab, percaya rasul, percaya hari akhir, dan takdir.

Orang yang mengingkari tuntunan-tuntunan ini, akan mengantar ia merugi dan amalnya akan sia-sia.

Orang yang merugi karena menjadikan syetan sebagai penolong

Dalam surat Al-Fatihah ayat 5, kita berikrar dan berjanji bahwa hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepadanya kita memohon pertolongan:

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ.


Ayat ini mengingatkan kita bahwa hampir setiap saat kita berikrar dan berhanji bahwa hanya kepada Allah kita menyembah dan hanya kepada-Nya kita memohon pertolongan.

Oleh karenanya, seorang hamba diingatkan dalam ayat lain siapa yang menjadikan selain Allah sebagai penolong, termasuk syetan dapat mengantarkannya ke dalam golongan orang-orang merugi. Dalam surat Al-Nisa’ ayat 119 disebutkan:

وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا.

Siapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah sungguh telah menderita kerugian yang nyata. (Q.S. Al-Nisa: 119)
Sehingga, sikap seorang mukmin jelas, syetan adalah musuh, bukan sebagai kawan apalagi tempat meminta pertolongan. Dalam surat Fathir ayat 6 disebutkan:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا.

Sesungguhnya setan itu musuh bagimu. Maka, perlakukanlah ia sebagai musuh! (Q.S. Fathir: 6)
Dalam surat Al-Mujadilah ayat 19 juga diingatkan:

أَلَا إِنَّ حِزْبَ الشَّيْطَانِ هُمُ الْخَاسِرُونَ.

Ketahuilah sesungguhnya golongan setan itulah orang-orang yang rugi. (Q.S. Al-Mujadilah: 19)

Orang yang merugi karena kajahilan / kebodohan

Baik dan buruk dalam Islam adalah suatu yang jelas, demikian juga benar dan salah, serta perkara halal dan haram. Baginda Rasulullah Saw menyebutkan:

إِنَّ الْحَلاَلَ بَيِّنٌ وَإِنَّ الْحَرَامَ بَيِّنٌ.

Sesungguhnya halal itu jelas, demikian juga haram itu jelas. (H.R. Muslim)
Mengetahui aspek yang baik dan buruk, benar dan salah, halal dan haram membutuhkan ilmu dan pemahaman. Oleh karena itu, kejahilan atau kebodohan memiliki potensi besar untuk menjerumuskan seseorang dalam perkara-perkara syubhat, bahkan haram sehingga terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat.

Salah satu contoh ini disebutkan dalam surat Al-An'am ayat 140:

قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلَادَهُمْ سَفَهًا بِغَيْرِ عِلْمٍ وَحَرَّمُوا مَا رَزَقَهُمُ اللَّهُ افْتِرَاءً عَلَى اللَّهِ.

Sungguh rugi orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan dan mengharamkan rezeki yang dikaruniakan Allah kepada mereka dengan semata-mata membuat-buat kebohongan terhadap Allah. (Q.S. Al-An'am: 140)
Ayat tersebut mengingatkan terdapat orang-orang yang merugi akibat melakukan perbuatan negatif dan dosa akibat kejahilan, dan mencampuradukkan antara halal dan haram semata-mata karena kesombongan kepada Allah.

Demikian kecaman bagi orang-orang yang melakukan perbuatan dosa dan maksiat tanpa dasar ilmu dan pemahaman. Demikian sebaliknya, orang-orang yang berilmu mendapatkan pujian dan kedudukan mulia:

يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ.

Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. (Q.S. Al-Mujadilah: 11)

Orang yang merugi karena tidak istiqomah


Allah SWT menyebutkan dalam surat Al-Hajj ayat 11:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ عَلَى حَرْفٍ فَإِنْ أَصَابَهُ خَيْرٌ اطْمَأَنَّ بِهِ وَإِنْ أَصَابَتْهُ فِتْنَةٌ انْقَلَبَ عَلَى وَجْهِهِ خَسِرَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ ذَلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ.

Di antara manusia ada yang menyembah Allah hanya di tepi (tidak dengan penuh keyakinan). Jika memperoleh kebaikan, dia pun tenang. Akan tetapi, jika ditimpa suatu cobaan, dia berbalik ke belakang (kembali kufur). Dia merugi di dunia dan akhirat. Itulah kerugian yang nyata. (Q.S. Al-Hajj: 11)
Ayat tersebut menyebutkan karakter orang-orang yang tidak istiqomah. Tatkala mendapat ujian dan cobaan, mereka berpaling dan kembali terjerumus dalam dosa dan maksiat. Keislaman mereka belum stabil, berada dalam kerawanan dan kerentanan. Iman mereka dapat berubah dengan sekejap.

Kondisi demikian, mengantarkan mereka terjerumus dalam perbuatan dosa dan maksiat yang lebih besar, akhirnya termasuk orang-orang yang merugi. Demikian sebaliknya, terdapat orang-orang istiqomah yang mendapatkan anugerah dan ketenangan dari Allah SWT. Dalam surat Al-Ahqaf ayat 13 disebutkan:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap istikamah, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak (pula) bersedih. (Q.S. Al-Ahqaf: 13)
Demikian juga dala surat Fushshilat ayat 30:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ.

Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. (Q.S. Fushshilat: 30)

Orang yang merugi karena melakukan kebatilan

Kelompok terakhir yang tergolong orang-orang merugi denga kata khasara (خسر) adalah mereka yang senantiasa melakukan kebatilan. Hal ini diingatkan dalam surat Al-Jatsiyah ayat 27:

وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ يَخْسَرُ الْمُبْطِلُونَ.

Pada hari terjadinya kiamat rugilah pada hari itu orang-orang yang mengerjakan kebatilan. (Q.S. Al-Jatsiyah: 27)
Demikian juga dalam surat Al-Ankabut ayat 52:

وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ.

Orang-orang yang memercayai kebatilan dan kufur kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang rugi. (Q.S. Al-Ankabut: 52)

Termasuk kelompok ini adalah mereka yang menyia-nyiakan anugerah dan nikmat Allah SWT. Keterangan ini dapat dilihat dalam surat Al-Asr:

وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ. 

Demi Masa. sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh serta saling menasihati untuk kebenaran dan kesabaran. (Q.S. Al-Asr: 1-3)
Demikian beberapa kelompok orang-orang yang merugi dalam ayat-ayat Al-Quran dengan menggunakan kata khasara. Bentuk-bentuk kerugian tersebut dapat berakibat di dunia, akhirat, ataupun keduanya.

Semoga kita termasuk orang-orang yang dijauhkan dari orang-orang merugi dan termasuk orang-orang yang selamat di dunia dan akhirat.
Aamiin

SQ BlogSales dan Marketer, dua kata yang seringkali dikaitkan dengan sebuah perusahaan. Dalam perkembangannya saat ini, hampir semua institusi atau lembaga familiar dengan kedua istilah tersebut. Termasuk dalam pendidikan, sales dan marketer menjadi hal yang lumrah dan biasa. Lalu apa itu sales dan marketer dalam pendidikan?

Berikut ini sekilas ulasan pak Valentino Dinsi, founder BUMM (Badan Usaha Milik Masjid) serta penulis buku "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian" yang pernah viral beberapa tahun lalu.

Pak Valentino Dinsi menyebutkan sales dan marketer itu beda tipis. Sales dan marketer keduanya berupaya untuk mencari pelanggan dan konsumen. Perbedaannya, sales sebatas mecari pelanggan dan konsumen, adapun marketer memiliki tanggung jawab yang lebih, disamping promosi, mencari pelanggan, juga bertanggung jawab pada tahap-tahap berikutnya.


Dari keterangan ini, marketer lebih tepat digunakan dalam institusi dunia pendidikan. Yang secara tujuan pokok disamping mencari peserta didik, juga bertanggungjawab dalam mendidik pada jenjang berikutnya.

Demikian beberapa kata pengantar yang disampaikan pak Valentino Dinsi dalam memotivasi guru-guru Azhari Lebak Bulus tersebut. Beliau melanjutkan dengan kata pamungkasnya: Asah Gergaji.

Asah gergaji

Kira-kira maksud ungkapan "asah gergaji" ini seperti di bawah ini:
Setiap orang hendaknya terus meningkatkan kualitas diri, karena usaha dan proses tidak akan menghianati buah atau hasilnya. Sekalipun dalam proses dan usaha itu banyak rintangan dan cobaan-cobaan. Namun dengan terus berusaha dan membenahi diri, entah lambat atau cepat akan membuahkan kesuksesan.

Buku jangan mau seumur hidup jadi orang gajian

Pak valentino menguatkan kata pamungkasnya di atas, mengangkat salah satu kisah yang penuh inspirasi sekaligus kontroversi. Yaitu, saat ia melaunching sebuah buku dan memberinya judul, "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian". Perjuangannya yang mengalami banyak hambatan serta perjuangan dengan buku itu, dan akhirnya terbit serta mendapatkan sambutan yang luar biasa adalah aspek yang mewakili inspirasi.

Adapun, keberaniannya dalam mengambil keputusan serta melawan arus kenyakinan orang pada umumnya, dan memutuskan untuk menjadi penentu sendiri atas arah kehidupannya dengan terlepas dari bayang-bayang orang lain dapat disebut mewakili aspek "kontroversi". Iya kontroversi untuk keluar dari zona nyaman demi arah yang lebih baik. Dan bermakna kontroversi yang memiliki visi jauh ke depan.

Pak Valentin mengisahkan bagaimana ia resign dari perusahaan ternama saat ia telah berada di puncak, kemudian memulai kisahnya sendiri. Ia menyadari pengabdian adalah bagian dari "asah gergaji" dan perjuangan berikutnya adalah bagian untuk menyempurnakannya. Dari sini lahirlah buku beliau yang menginsprisasi, "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian".

Ingat segala sesuatu itu tercipta 2 kali

Jika anda bertanya-tanya, apa modal dan keberanian apa yang mendorong pak Valentin mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidupnya? Mungkin salah satunya "statement" ini bahwa Segala seuatu itu tercipta 2 kali.

Kali pertama sesuatu itu tercipta dalam mimpi-mimpi, pikiran-pikiran, harapan-harapan, dan cita-cita sesorang. Dan kali kedua sesuatu itu tercipta dalam dunia nyata. Maka setiap orang yang berani bermimpi, berharap, dan bercita-cita telah bergerak selangkah demi selangkah meraih apa yang ia harapkan itu. Satu tahapan tersisa, yaitu merealisasikannya dalam dunia nyata dengan usaha, perjuangan, pengorbanan, keyakinan, dan doa.

Keberlangsungan sekolah

Pak Valentino mengisahkan bahwa ia memliki 1001 alasan untuk diam dengan pengalamannya yang pernah mengalami operasi akibat Regurgitasi atau Insufisiensi katup jantung yaitu kelainan akibat katup jantung bocor. Tim medis menyarankan ia untuk istirahat dan tidak beraktifitas berat. Namun opsi ini ia tidak pilih, justru sebaliknya dibalik peristiwa itu ia mengambil hikmah untuk terus melanjutkan perjuangannya dalam kebaikan.

Salah satu kegiatan pak Valentin yang ia lakukan sampai saat ini yaitu mengabdi dalam dunia pendidikan. Ia pun menyebutkan beberapa pengalamannya terkait hal ini. Dalam setiap lembaga termasuk pendidikan, 2 hal yang wajib yaitu suistainable dan provit.


Suistainable adalah keberlangsungan. Bagi sekolah keberlanjutan ditandai dengan hadirnya peserta didik. Peserta didik yang terus meningkat menunjukkan eksistensi sekolah. Sebaliknya, peserta didik yang terus menurun dapat mengantarkan sekolah tutup selama-lamanya.

Kemudian provit, yaitu keuntungan atau modal. Provit dibutuhkan di anatarnya untuk menjamin keberlangsungan sekolah, baik dalam membangun kualitas, sumber daya, dan aspek pendukung lainnya.

Lalu bagaimana mempertahankan dua poin ini, suistainable dan provit? Tidak terlepas dengan prinsip "asah gergaji" dan prinsip "segala sesuatu itu tercipta dua kali". Artinya, setiap lembaga dan semua elemennya, terus untuk melakukan inovasi, berpandangan jauh ke depan, memaksimalkan semua potensi yang ada, dan melibatkan semua elemen yang ada.

Pak Valentine meramunya dalam satu kata, yaitu Berfikir. Jangan pernah berhenti berfikir. Jika anda berhenti berfikir, jangan kaget dengan perubahan dan ketidakpastian yang akan datang.

Be the first, be the best, be different

Pak Valentine melanjutkan, salah satu tujuan dari berfikir adalah adalah untuk meraih kesuksesan. Dan kesuksesan itu terletak pada 3 pilihan ini, berlaku dalam setiap usaha, bisnis, termasuk lembaga pendidikan, seperti sekolah:

  • Be the first, program dan tawaran apa yang dimiliki yang tidak dimiliki di tempat lain,
  • Be the best, program apa yang diunggulkan dibandingkan di tempat lainnya,
  • Be different, program apa yang membedakannya dengan tempat lain.

Syiar dan Diferensiasi

Setiap suatu kebaikan perlu di syiarkan. Dalam bahasa agama perlu di dakwahkan agar bertambah kebaikan dan keberkahannya. Demikian juga sekolah, perlu disyiarkan dengan langkah-langkah yang cermat agar sampai kepada sasarannya.

Dalam syiar ini terdapat 3 aspek. Dimulai dari content (konten) yang matang, contex (konteks) penyampaian atau metode yang digunakan, serta infrastructure (infrastruktur) yang digunakan untuk menyambungkan konten dan cara agar jelas sampai kepada konsumen atau pelanggan.

Dan kemajuan teknologi, sangat mendukung setiap syiar dan diferensiasi yang dimiliki suatu lembaga untuk di syiarkan kepada segmen masyarakat tertentu, tempat tertentu, dan sesuai preferensi lainnya.

Time, momentum, innovation, growth

Kata Bob Sadino, bisnis terbaik adalah bisnis yang dilakukan, bukan yang ditanya terus, tegas Pak Valentin. Beranilah melangkah karena anugerah terbesar yang setiap kita miliki adalah waktu (time). Setelah itu, cermat melihat situasi dan keadaan untuk menciptakan peluang (momentum), bukan menunggu peluang untuk kemudian berubah dan berusaha.

Berikutnya, senantiasa melakukan inovasi (innovation) dalam setiap hal yang berkaitan. Ini menjadi bekal untuk menghadapi setiap keadaan dan perubahan, sehingga mampu melewati berbagai "disruption" (perubahan) yang mungkin terjadi.

Setelah itu, growth. Artinya, hasilnya akan tumbuh, berkembang, dan mengikuti setiap langkah dan usaha yang telah dilakukan sebelumnya. Demikian juga kiranya dalam dunia pendidikan, 4 aspek ini memiki peranan penting yang saling terkait pada setiap kebijakan yang diambil dan dilaksanakan.

Ecocyle David Hurst

Bagian akhir, pak Valentin menampilkan Ecocyle David Hurst. Ini merupakan teori yang berlaku pada sebuah perusahaan yang menggambarkan tumbuh berkembangnya serta keruntuhan atau kemerosotannya. Dan kemudian eksis kembali jika dapat dipertahankan.

Teori ini berjalan dengan tahapan berikut:

  1. Choice
  2. Exploitation
  3. Strategic
  4. Conservation
  5. Crisis
  6. Confusion
  7. Charismatic
  8. Creative network

Hal yang berlaku dalam perusahaan tidak kurang lebih berlaku dalam setiap lembaga, termasuk pendidikan. Setiap saat perubahan adalah suatu keniscayaan yang menguntungkan dan diperlukan untuk keberlangsungannya.

Jadi bagaimana? Sudah siap melangkah?

Sekian

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.