إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ. ﴿آل عمران : ٩٦﴾
Artinya: “Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (Q.S. Ali Imran: 96)
Ayat diatas menjawab tuduhan yang dilontarkan kaum Yahudi yang beranggapan bahwa rumah ibadah yang pertama dibangun berada di Baitul Maqdis. Allah menegaskan bahwa Ka’balah sebagai rumah ibadah pertama untuk manusia yang didirikan oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, Ismail. Setelah itu, dibangunlah masjid al-Aqsha beberapa abad kemudian oleh Nabi Sulaiman sekitar tahun 1005 SM. Selanjutnya, Nabi Sulaiman menjadikannya sebagai kiblat pertama. (Tafsir Al-Maraghi)
Allah SWT meegaskann bahwa Baitullah (Ka’bah) adalah rumah yang pertama kali dibangun untuk manusia bagi kepentingan ibadah (إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ) yang terletak di bakkah (لَلَّذِي بِبَكَّةَ) yaitu Makkah. Ayat ini membantah orang-orang Yahudi yang mengecam umat Islam yang berkiblat ke Mekah. Orang-orang Yahudi menduga bahwa Baitu Maqdis, yaitu kiblat mereka lebih utama dari Ka’bah.
Pada sisi lain, mereka mencela Nabi Muhammad ketika memalingkan kiblatnya ke arah Ka’bah. Mereka beranggapan “jika saja engkau (Muhammad) seorang nabi seperti semua Nabi dari keturunan Nabi Ishaq yang mengagungkan dan dan shalat menghadap Baitul Maqdis, maka pasti engkau mengagungkan hal-hal yang telah mereka agungkan dan tidaklah engkau berpaling dari padanya kemudian mengagungkan tempat lain. Hal ini berarti engkau telah menentang para Nabi terdahulu”.
Allah kemudian membalas tuduhan mereka dengan menyatakan bahwa sesungguhnya “بيت” pertama yang dibangun untuk beribadah adalah Baitul Haram yang dibangun oleh Nabi Ibrahim Khalilullah as dan anak baliau, Nabi Ismail as untuk rumah ibadah. Dengan demikian, Nabi Muhamad SAW berada pada Millah Nabi Ibrahim as dan beliau menghadap dalam ibadah seperti Nabi Ibrahim dan Ismail. Terkait dengan hal ini, Allah SWT memberikan penegasan dalam surah al-Imran ayat 95:
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ ﴿آل عمران : ٩٥﴾
Artinya: Katakanlah: Benarlah (apa yang difirmankan) Allah. Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (QS. al-Imran : 95)
Makna بيت adalah rumah, yaitu rumah tempat sarana beribadah bukan dalam arti bangunan tempat tinggal pertama. Oleh karena itu, teks ayatnya tidak menyebutkan (وضع في الأرض) tetapi (وضع للنّاس). Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama yang menegakkan pilar-pilar Baitul Haram. Beliau yang mula-mula meletakkan tiang-tiang Ka’bah setelah runtuh diterjang angin topan pada masa Nabi Nuh as. Dalam kitab tafsir Jalalain disebutkan, Baitullah ini dibina oleh Malaikat sebelum diciptakannya Adam dan setelah itu baru dibangun pula Baitul Aqsa dan jarak diantara keduanya 40 tahun. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Shahih Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَيُّ مَسْجِدٍ وُضِعَ أَوَّلُ ؟ قَالَ : الْمَسْجِدُ الْحَرَامُ قُلْتُ : ثُمَّ أَيٌّ ؟ قَالَ : ثُمَّ الْمَسْجِدُ الأَقْصَى قُلْتُ كَمْ كَانَ بَيْنَهُمَا ؟ قَالَ : أَرْبَعُونَ سَنَةً ثُمَّ قَالَ حَيْثُمَا أَدْرَكَتْكَ الصَّلاَةُ فَصَلِّ وَالأَرْضُ لَكَ مَسْجِدٌ. (رواه البخاري و مسلم)
Artinya: Dari Abu Dzarr Radiyallahu anhu, berkata : ‘Aku berkata, Wahai Rasulullah, masjid apa yang pertama kali didirikan?’. Beliau bersabda : ‘Masjid Aqsa’. Aku bartanya lagi : ‘berapa lama jarak anatara keduanya?’. Beliau pun menjawab : ’empat puluh tahun’. Lalu kutanyakan lagi : ‘kemudian mana lagi?’. Beliau menjawab : ‘dimana pun shalat mendatangimu, maka shalatlah di sana karena semua bumi itu adalah masjid”. (HR. Bukhari dan muslim)
Menurut pemahaman kami, hadis diatas menegaskan tentang masjid yang pertama kali dibangun, yaitu Masjidil Haram yang selisihnya 40 tahun lebih awal didirikan dari pada masjidil Aqsa. Selisih 40 tahun disini bukan menunjukkan selisih pembangunan antara Baitullah dan Masjidil Aqsa, akan tetapi hanya menunjukkan jarak waktu pembangunan antara Masjidil Haram dengan Masjidil Aqsa. Dengan kata lain, Baitullah yang terletak ditengah-tengah Masjidil Haram lebih awal pendiriannya dari kedua masjid ini.
Para ulama berpendapat bahwa Ka’bah dibangun kembali oleh nabi Ibrahim mendahului Baitul Maqdis sekitar 9 abad. Nabi Ibrahim as. Meninggikan pondasi Ka’bah sekitar 1900 SM, sedangkan petugas-petugas Nabi Sulaiman membangun Baitul Maqdis sekitar 1000 SM.
Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Jalalain bahwa Baitullah dibina oleh malaikat sebelum Adam diciptakan. Pada sebuah hadis lain disebutkan pula bahwa Ka’balah yang mula-mula muncul di permukaan air ketika langit dan bumi diciptakan sebagai buih yang putih. Imam Syaukhani dalam tafsirnya menyebutkan bahwa terdapat ikhtilaf mengenai siapa yang pertama kali membangun Ka’bah. Ia menyebutkan, ada yang mengatakan Malaikat, ada yang mengatakan Adam serta pendapat lain menyebutkan Ibrahim adalah orang yang pertama kali membangunnya. Imam Syaukhani menjama’ pendapat-pendapat ini dengan mengatakan bahwa Malaikatlah yang pertama kali membangunnya, kemudian diperbaharui oleh Adam dan selanjutnya Ibrahim.
Firman Allah SWT:
رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ ﴿إبراهيم : ۳٧﴾
Artinya: Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. (QS. Ibrahim : 37)
Menuru Sya’rawi, ayat diatas memberikan isyarat bahwa keberadaan Ka’bah telah ada sebelum Nabi Ibrahim as. Ini menjadi bukti bahwa Ismail telah tumbuh dan berkembang disisi Ka’bah. Nabi Ibrahim dan putranya, Ismail hanya melakukan renovasi pembangunan Ka’bah dan meninggikannya. Keterangan ini diterangkan dalam ayat berikut:
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿البقرة : ۱۲٧﴾
Makna kata (النّاس) dalam ayat ini dipahami dalam arti manusia secara keseluruhan. Namun, pendapat lain memahaminya dalam artian manusia tertentu, yakni masyarakat kota Madinah dan sekitarnya baik kaum Muslimin, Nasrani ataupun Yahudi. Kata bakkah (بَكَّةَ) ada yang memahaminya sebagai tempat melaksanakan thawaf dimana terdapat Ka’bah. Kata ini terambil akar kata bahasa arab yang berarti ramai dan berkerumun. Makna ini sangat sesuai dengan keadaan kota Mekah yang selalui ramai oleh para pengunjung khusunya pada musim haji.
Qatadah berkata sebagaimana yang dinukil oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya: “sungguh Allah menjadikan Ummat manusia berdesak-desakan di tempat ini sampai kaum wanita mengerjakan shalat di depan kaum pria yang dimana hal itu tidak terjadi ditempat lain”.
Dalam Tafsir Jalalain halaman 57 disebutkan, dinamakan demikian karena Ka’bah mematahkan leher orang-orang yang aniaya lagi durhaka. Pendapat yang serupa dalam Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa بَكَّةَ adalah salah satu nama kota Mekah menurut pendapat yang masyhur. Disebut demikian karena tempat ini membuat banyak orang dzalim atau aniaya bersimpuh dan menundukkan diri disana.
Adapun (مكّة) menunjukkan kota yang berada di Saudi Arabia secara keseluruhan dan Ia adalah kota haram. Dengan demikian, Bakkah terdapat di kota Mekah. Ada juga memahami kata Bakkah dalam arti kota Mekah. Memang tempat pengucapakan huruf “Ba” dan “Mim” boleh dikatakan sama, keduanya terucapkan melalui pendempetan bibir atas dan bibir bawah. Ini menjadikan Mekah terkadang terdengar atau terucapkan Bakkah. Ada juga yang memahami kata Bakkah terambil dari bahasa orang Kaldani, yaitu bahasa yang digunakan oleh Nabi Ibrahim as. yang bermakna kota. Seperti kota Ba’la Bakka di Lebanon yang bermakna kota Dewa Ba’al.
Hamad bin Salamah menyebutkan dari Inbu Abbas, Ia berkata “Makkah mulai darial-Fajj sampai Ta’nim, sedangkan Bakkah mulai dari Baitulah sampai al-Bathha”. Para ulama juga menyebutkan bahwa Mekah mempunyai banyak nama, diantaranya Bakkah, Baitul ‘Atiq, Baitul Haram, Baladul Amin wal Ma’mun, Ummu Rahm, Ummul Qura’, Shalah, Arsy dan Qaadis karena menyucikan dari segala macam dosa, Muqaddasah, Nasah, Basah, Haathimah, Ra’s, Kautsa, Baldah, Bunyah dan Ka’bah.
Kemudian Allah SWT menjelaskan keutamaan-keutamaan Baitullah (مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ). Kata barakah diucapkan dalam pengertian dua makna, yaitu berkembang atau bertambah dan tetap atau lestari. Al-Barakah dan al-Hidayah ialah keutamaan materil dan spritual dari Baitu Haram. Walaupun Makkah barada di daerah yang gersang tetapi telah dilimpahkan kepadanya Berkah bumi berupa buah-buahan. Seperti difirmankan oleh Allah SWT:
يُجْبَى إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ
Artinya: Yang didatangkan ketempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan. (QS. al-Qasas : 57)
Begitu juga bagi orang-orang yang mencintai Ka’bah, mereka memperoleh Hidayah sehingga rela melakukan perjalanan kepadanya walaupun dengan mengorbankan tenaga dan materil. Menurut Quraish Shihab, Mekah dan Bakkah terus menerus menghasilkan kebajikan. Kata ini mencakup kebajikan Duniawi dan Ukharawi. Kemudia bentuk jama’ pada kata (عَالَمِينَ) menunjukkan bahwa ia menjadi petunjuk bukan buat satu alam tertentu saja atau satu kelompok dan generasi tertentu, tetapi banyak dan beragam sepanjang zaman.
Dalam tafsir Jalalain, surat Ali Imran ayat 96 ditafsirkan seperti di bawah ini:
وَنَزَلَ لَمَّا قَالُوا قِبْلَتنَا قَبْل قِبْلَتكُمْ (إنَّ أَوَّل بَيْت وُضِعَ) مُتَعَبَّدًا , (لِلنَّاسِ) فِي الْأَرْض (لَلَّذِي بِبَكَّةَ) بِالْبَاءِ لُغَة فِي مَكَّة سُمِّيَتْ بِذَلِكَ لِأَنَّهَا تَبُكّ أَعْنَاق الْجَبَابِرَة أَيْ تَدُقّهَا بَنَاهُ الْمَلَائِكَة قَبْل خَلْق آدَم وَوُضِعَ بَعْده الْأَقْصَى وَبَيْنهمَا أَرْبَعُونَ سَنَة كَمَا فِي حَدِيث الصَّحِيحَيْنِ وَفِي حَدِيث ﴿ أَنَّهُ أَوَّل مَا ظَهَرَ عَلَى وَجْه الْمَاء عِنْد خَلْق السَّمَاوَات وَالْأَرْض زُبْدَة بَيْضَاء فَدُحِيَتْ الْأَرْض مِنْ تَحْته﴾ (مُبَارَكًا) حَال مِنْ الَّذِي أَيْ ذَا بَرَكَة (وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ) لِأَنَّهُ قِبْلَتهمْ.)
Artinya: Dan ayat ini turun ketika mereka mengatakan bahwa kiblat mereka lebih awal dari kiblat kaum Muslimin. (sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun) untuk tempat beribadah (bagi manusia) di muka bumi (ialah yang terdapat di Bakkah) dengan “Ba” sebagai nama lain dari Mekah. Dinamakan demikian karena Ka’bah mematahkan leher orang-orang durhaka lagi aniaya.
Baitullah ini dibina oleh malaikat sebelum diciptakan-Nya Adam dan setelah itu baru dibangun pula baitul Aqsa dan jarak diantara keduanya 40 tahun sebagaimana tersebut dalam kedua hadis shahih. Pada sebuah hadis lain disebutkan pula bahwa Ka’balah yang mula-mula muncul di permukaan air ketika langit dan bumi ini diciptakan sebagai buih yang putih maka dihamparkanlah tanah dari bawahnya (diberi berkah) “hal” dari allazi atau pemilik barakah (dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam) karena ia merupakan kiblat mereka.
Baca Juga: Kabah dan Tanda-tanda Kebesaran Allah
Sekian
Oleh: Hasrul dan Fathu Rozy
Posting Komentar