Definisi dan Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

SQ Blog - Para ulama menaruh perhatian besar terhadap pengetahuan tentang Asbab al-Nuzul (alasan pewahyuan) karena memiliki peranan penting dalam memahami pesan al-Quran sebagai suatu kesatuan. Orang akan salah menangkap pesan-pesan al-Quran secara utuh jika hanya memahami bahasanya saja tanpa memahami konteks historisnya.

Definisi Asbabun Nuzul

Asbab al-Nuzul merupakan peristiwa sejarah yang terjadi pada zaman Rasulullah SAW selaku pengemban Al-Qur’an. Sehingga Asbabun Nuzul dapat dikatakan sebagai sejarah turunnya sebuah ayat Al-Qur’an. Bisa juga dikatakan sebab-sebab turunnya ayat Al-Qur’an.

Sebab-sebab yang dimaksud tersebut dapat berupa tempat, waktu, dan peristiwa. Dan tidak ada cara lain untuk mengetahuinya selain merujuk kepada periwayatan yang diakui keabsahannya dari orang-orang yang memiliki integritas kepribadian yang dipercaya selaku pengemban dalam periwayatan tersebut.

Hampir semua literatur yang berkenaan dengan al-Quran menekankan pentingnya Asbab al-Nuzul.[2] Terkait hal ini, sejumlah ulama seperti Imam al-Wahidi, Ibnu Daqiqil Ied dan Ibnu taimiyyah menghasilkan kesimpulan bahwa syarat utama memahami kandungan al-Quran ialah dengan mengetahui Asbab al-Nuzul.[3]

Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

Pedoman dasar para ulama dalam mengetahui Asbab al-Nuzul adalah riwayat shahih yang berasal dari Rasulullah Saw atau dari para Sahabat. Hal ini menunjukan bahwa Asbab al-Nuzul itu tidak bisa diketahui semata-mata dengan akal (rasio) melainkan dari orang-orang yang mengetahui turunnya al-Quran atau dari orang-orang yang memahami Asbab al-Nuzul lalu mereka menelitinya dengan cermat, baik dari kalangan sahabat, tabi’in atau lainnya dengan catatan pengetahuan mereka diperoleh dari ulama-ulama yang dapat dipercaya.[4]

Rasulullah Saw bersabda: 

اتَّقُوا الْحَدِيثَ عَنِّى إِلاَّ مَا عَلِمْتُمْ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَّبَ عَلَىَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ وَمَنْ كَذَّبَ فِى الْقُرْآنِ بِغَيْرِ عِلْمٍ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ (رواه أحمد بن حنبل) 

Artinya: “Berhati-hatilah (dalam meriwayatkan) Hadis dariku kecuali yang benar-benar kalian ketahui. Sebab barang siapa mendustakan atas diriku secara sengaja, maka hendaklah bersiap-siap menempati neraka. Dan barangsiapa berdusta atas al-Quran tampa ilmu, maka (juga) hendaklah bersipa-siap menempati neraka”. (H.R. Ahmad bin Hanbal).[5]

Riwayat Asbab al-Nuzul secara khusus ialah riwayat dari orang-orang yang terlibat dan mengalami peristiwa dari yang diriwayatkannya yaitu pada saat wahyu diturunkan. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya selain berdasarkan periwayatan (pentransmisian) yang benar (naql al-shalih) dari orang-orang yang melihat dan mendengar langsung tentang turunnya ayat al-Quran.


Seperti halnya periwayatan pada umumnya, diperlukan kehati-hatian dalam menerima riwayat yang berkaitan dengan Asbabun Nuzul. Untuk itu, dalam kitab Asbab al-Nuzulnya, Al-Wahidi menyatakan: 

لَمْ يَحِلُّ اْلقَوْلُ فِي أَسْبَابِ النُّزُوْلِ اْلكِتَابِ إِلَّا بِالرِّوَايَةِ وَ السِّمَاعِ مِمَّنْ شَاهَدُوْا التَّنْزِيْلُ وَ وَقَفُوْا عَلَي اْلأَسْبَابِ و َبَحَثُوْا عَنْ عِلْمِهَا وَ جَدُّوْ فِي الطَّلَبِ. 

Artinya: “Pembicaraan Asbab al-Nuzul tidak dibenarkan kecuali dengan berdasarkan riwayat dan mendengarkan dari mereka yang secara langsung menyaksikan peristiwa nuzul, memperhatikan sebab-sebabnya dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya” .

Inilah jalan yang ditempuh oleh ulama Salaf. Mereka amat berhati-hati untuk mengatakan sesuatu mengenai Asbab al-Nuzul. Keketatan mereka itu dititikberatkan pada seleksi pribadi pembawa berita (para rawi), sumber-sumber riwayat (isnad), dan redaksi berita (matan).[6]

Salah satu bukti keketatan itu disebutkan dalam al-Itqan fi Ulum al-Quran karya Jalaluddin al-Syuti ketika Ibnu Sirin menceritakan pengalamannya sendiri: 

سَأَلْتُ عُبَيْدَةَ عَنْ أَيَةٍ مِنَ اْلقُرْأَنِ فَقَالَ : إِتَّقِ اللهَ وَقُلْ سَدَادًا ذَهَبَ الَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ فِيْمَنْ أُنْزِلَ اْلقُرْأَنُ 

Artinya: “Aku pernah bertanya kepada Ubaidah tentang suatu ayat al-Quran, maka beliau berkata: bertakwalah kepada Allah dan katakanlah yang benar. Telah pergi orang-orang yang mengetahui tentang kepada siapa ayat itu diturunkan” Al-Wahidy telah menentang ulama-ulama zamannya atas kecerobohan mereka terhadap riwayat Asbab al-Nuzul.

Pada sisi lain, al-Wahidy mengingatkan juga akan ancaman berat dengan mengatakan: “Sekarang setiap orang suka mengada-ada dan berbuat dusta, ia menempatkan kedudukannya dalam kebodohan tampa memikirkan ancaman berat bagi orang yang tidak mengetahui sebab turunnya ayat”.[7]

Sekian
Disusun Oleh: Hasrul, Zaky Fathony

Peranan Asbabun Nuzul dalam Ilmu Tafsir, Asbab Al-Nuzul, Sebab-sebab turunnya Al-Quran, Pedoman Mengetahui Asbabun Nuzul

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.