Peranan Agama dan Sains dalam Kehidupan Umat Manusia

SQ Blog - Agama merupakan salah satu unsur kebutuhan manusia dalam kehidupan di dunia. Secara rinci disebutkan bahwa sekurang-kurangnya ada tiga alasan yang melatarbelakangi perlunya manusia terhadap agama. Ketiga alasan tersebut ialah latar belakang fitrah manusia, kelemahan dan kekurangan manusia dan tantangan manusia (Abuddin Nata, 2009: 16).

Motif ini bersumber dalam lubuk hati manusia yang merasakan suatu dorongan pada pencarian dan kontemplasi untuk mengenal penciptanya. Pencarian ini dalam rangka beribadah kepadan-Nya, berhubungan dengan-Nya, serta berlindung kepada-Nya sambil memohon pertolongan dari segala bencana. Aktivitas tersebut dalam berbagai ragamnya akan mendatangkan ketenangan dan ketentraman bagi manusia (M. Utsman Najati, 2005: 62-63).

Peranan Agama Bagi Manusia

Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi ummat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambang kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khotbah melainkan secara konsepsional menunjukan cara-cara  yang paling efektif dalam memecahkan masalah (Abuddin Nata, 2009: 27). Dengan kata lain, suatu agama ataupun kepercayaan seharusnya dapat memenuhi kebutuhan penganutnya dalam segala suasana dan kondisi. Agama haruslah dapat menjangkau batas-batas kesukuan, negara, rasial, dan kebudayaan serta harus dapat berbicara dengan manusia dari segala tingkatan (M. Zafrullah Khan, 1994: 4). 

Disamping agama, salah satu slogan diantara sekian banyak slogan saat ini adalah “menaklukkan angkasa dengan ilmu dan teknologi”. Pada era modern sekarang ini, peranan agama semakin dituntut dalam kehidupan ummat manusia khususnya dalam bidang sains (Ahmad Mattulada, 1997: 152). Umum diakui bahwa pada masa sekarang ini konsep sains dan agama telah mengambil tempatnya dalam kajian para ilmuwan. Sebagai suatu bidang kajian maka sains dan agama masih berada dalam tahap awal. Karenanya, karya-karya baru yang ditulis kini pun masih terus berkutat dengan bagaimana menarik batas-batas dari bidang yang cukup luas ini termasuk di dalamnya menetapkan agenda-agenda utamanya, apa-apa saja isu yang dibahas dan juga metodologinya (Zainal Abidin Bagir, 2006: 3). 

Wacana tentang “sains dan agama” bisa dikatakan menemukan bentuk barunya dalam sekitar empat dasawarsa terakhir ini. Meskipun telah amat lama dibahas, sains sebagai disiplin modern baru pada beberapa dasawarsa terakhir ini ia tumbuh subur secara sistematik (Zainal Abidin Bagir, 2006: 3). Secara terus menerus, manusia senatiasa melakukan proses penyusunan informasi-informasi lama serta menyingkap informasi-informasi dan hakikat-hakikat baru. Hal ini merupakan dasar perkembangan penelitiaan ilmiah sepanjang masa sejarah yang berbeda-bada. Hal ini juga merupakan sebab terjadinya kemajuan yang berkesinambungan dalam ilmu-ilmu murni dan terapan (M. Utsman Najati, 2005: 215).

Peranan Sains Bagi Manusia

Secara jelas, Al-Quran memberikan dorongan untuk mengadakan observasi, berfikir, meneliti dan memperoleh ilmu tersebut. Pada surat Al-Ankabut [29]: 20 disebutkan: 

Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, Kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” .

Al-Quran telah memberikan kontribusi yang besar bagi manusia untuk belajar dan menimba ilmu pengetahuan. Wahyu Al-Quran yang paling tegas menunjukan hal itu adalah ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan. Al-Quran juga mengungkapkan pujian atas keutamaan ilmu, kemuliaan ulama dan keluhuran derajat. Al-Quran menempatkan ilmuwan pada kedudukan yang luhur seperti halnya kedudukan ilmu.

Persepsi masyarakat terhadap ajaran Al-Quran dewasa ini masih belum sepenuhnya sesuai dengan petunjuk Al-Quran . Al-Quran sesungguhnya untuk kehidupan yang setiap saat harus kita buka dan baca untuk mendapatkan arti dan makna tentang kehidupan. Al-Quran sebagai kacamata kehidupan untuk membaca alam mikro dan makro ternyata ternyata kurang berfungsi pada kurun ini. Padahal seharusnya Al-Quran adalah hudan linnas, yakni sebagai rujukan kehidupan seluruh ummat manusia.

Namun yang terjadi, masyarakat dewasa ini dalam bertingkah laku, berilmu pengetahuan, berpolitik, pendidikan, seni dan dalam dimensi kehidupan yang lain tidak lagi menjadikan Al-Quran sebagai rujukan. Kehidupan sekarang lebih cenderung menggunakan kitab-kitab pseudo yang terdapat dalam buku IPTEK yang memuat pandangan-pandangan kapitalis, komunis, sekularis, materialisme dan zionis. Inilah yang menjadi petunjuk IPTEK dalam segala sektor kehidupan dewasa ini (Ahmad Muflih Syaefuddin, 1997: 35).

Sejak terbukanya era ilmu pengetahuan, yaitu saat dimulainya usaha pencarian dan penyelidikan dari hukum-hukum alam telah menjadi anggapan pula bahwa terdapat pertentangan antara ilmu pengetahuan (sains) dan agama. Hal ini semakin jelas dan tajam oleh peristiwa dihukumnya Galilei Galileo oleh jawatan suci dan yang lebih belakangan adalah terhadap pendirian yang diyakini oleh Darwin (M. Zafrullah Khan, 1994: 23).

Agama sebagai sistem yang dirancang oleh Tuhan tidak mungkin bertentangan dengan hukum-hukum alam universal yang diperuntukkan makhluk-Nya. Akan tetapi, fundamentalis fanatik yang mengganggap dirinya juru bicara Tuhan dan ilmuwan ortodoks yang mengingkari pencipta segala ilmu berusaha sekeras-kerasnya untuk membuktikan kontaradiksi sains dan agama (Caner Taslaman, 2010: 24). Pertentangan semacam ini dapat terselesaikan dalam persepsi dunia barat. Mereka menanggapi dengan asumsi nahwa ada penerimaan secara perlahan-lahan antar sains dan agama yang bekerja di bidangnya masing-masing dan tidak saling tumpah tindih. Sebagai konsekuensinya, agama memiliki ruang lingkup yang terbatas serta dibatasi aturan dan pelaksanaanya (M. Zafrullah Khan, 1994: 23).

Sebuah ciri modern adalah banyak orang beriman dari barbagai agama dan kekuasaan yang berbeda mencari kemungkinan pengakuan dari sains terhadap kepercayaan agama mereka. Penegasan yang yang diharapkan akan meningkatkan nilai kebenaran kitab suci sekaligus menangkis serangan hegemonis kaum positivis. Salah satu contoh yang baik dari pendekan ini sebagaimana yang dilakukan oleh Said Nursi (1877-1960).

Nursi adalah aktivis terkenal di turki dan memiliki pengetahuan yang luas tentang temuan-temuan ilmiah pada masanya. Ia menyadari kekuataan sains alam modern dan percaya terhadap objektivitas universal temuan sains. Menurutnya baliau membaca ayat-ayat Al-Quran melalui lensa sains fisika modern tidak hanya melindungi iman para pemuda yang terguncang oleh positivisme dan empirimisme abad ke-19. Disisi lain, ini merupakan awal metode baru untuk membuktikan iman islam berdasarkan kepastian sains dan untuk membaca ayat-ayat kosmik Al-Quran menurut matriks temuan ilmiah (Ibrahim Kalin, 2006: 79-80).

Sumber Al-Quran adalah sang pencipta alam semesta. Pesan dan misi Al-Quran ditujukan kepada seluruh umat manusia. Ketika Al-Quran menghimbau ummat seluruh manusia, ia membedakan antara orang-orang yang tidak berpengetahuan dan mereka yang berpengetahuan:

Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" (QS. Al-Zumar [39]: 9).

Manusia merupakan ciptaan Tuhan yang memiliki bentuk yang paling indah dan sempurna. Hal ini memungkinkan bagi manusia untuk mengemban tugasnya sebagai Khalifah di bumi. Dalam mengemban amanah tersebut, manusia dibekali dengan berbagai motif sebagai bekal dalam perjalanan kehidupannya. Motif-motif itulah sebagai pendorong untuk menyempurnakan kebutuhan-kebutuhannya yang pokok dan penting untuk kehidupan serta kelestariannya.

Para psikolog modern mengklasifikasikan motif manusia pada dua bagian pokok, yaitu motif fisiologis dan motif psiko-spritual (M. Utsman Najati, 2005: 23). Pada motif yang kedua ini terkait dengan dimensi spritual manusia, seperti motif beragama, berpegang pada ketakwaan, cinta pada kebaikan, kebenaran dan keadailan serta benci pada keburukan, kebatilan dan kezaliman. Kebanyakan psikolog modern tidak mengindahkan jenis motif spritual ini dalam studi-studi mereka padahal sebenarnya motif spritual ini merupakan suatu kelebihan manusia yang teramat penting dibanding hewan (M. Utsman Najati, 2005: 50).

Integrasi Agama dan Sains

Secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai produk manusia dalam menyingkap realitas. Terkait dengan pengertian ini, maka sains menjadi tidak tunggal atau dengan kata lain akan ada lebih dari satu sains. Sains satu dengan yang lain dibedakan pada makna realitasnya dan metode yang digunakan dalam mengetahui realitas tersebut.

Setiap bangunan ilmu pengetahuan atau sains selalu berpijak pada tiga pilar utama, yakni pilar ontologis, aksiologis dan epistemologis. Menurut islam dalam perspektif Al-Quran, ketiga pilar tersebut mencakup ruang lingkup sebagai berikut (Agus Purwanto, 2008:188-192):
  • Pilar ontologis, yakni hal yang menjadi subjek ilmu. Sehubungan dengan ini maka agama harus menerima realitas material maupun nonmaterial sebagaimana disebutkan disebutkan dalam surat Al-Haqqah [69]: 38-39,

فَلَا أُقْسِمُ بِمَا تُبْصِرُونَ. وَمَا لَا تُبْصِرُونَ.

“Maka Aku bersumpah dengan apa yang kamu lihat. Dan dengan apa yang tidak kamu lihat”.

Makhluk tidak dibatasi oleh yang material dan yang terindra, tetapi juga yang imaterial. Tatanan ciptaan atau makhluk terdiri dari tiga keadaan fundamental, yakni material, psikis dan spritual.
  • Pilar aksiologis, yakni terkait dengan tujuan ilmu pengetahuan dibangun atau dirumuskan. Tujuan utama sains adalah mengenal sang pencipata melalui pola-pola ciptaa-Nya.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

“(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka." (QS. Al-Imran [3]: 191)
  • Pilar epistemologis, yakni bagaimana atau dengan apa kita mencapai ilmu pengetahuan. Al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan spritualitas islam. Ia merupakan pijakan bukan hanya bagi agama dan pengetahuan spritual melainkan juga bagi semua ilmu pengetahuan.

هَذَا بَيَانٌ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَمَوْعِظَةٌ لِلْمُتَّقِينَ.

“(Al Quran) Ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al-Imran [3]: 183).

Selama 40 tahun terakhir, minat kuat dalam hubungan sains dan agama telah banyak menghasilkan tanggapan dan interaksi kesarjanaan yang berusaha menjembatani sains dan teologi kristen. Namun, santis muslim pada umumnya tidak tertarik pada tema ini. Wacana islam dan sains tetap menjadi isu pinggiran dalam kehidupan intelektual muslim kontemporer. Walaupun demikian, pada level populer ada sejumlah literatur yang berupaya menunjukan bukti bagi penemuan ilmiah modern dalam Al-Quran. Diantaranya literatur yang sangat populer adalah karya dokter Muslim asal Prancis, Maurice Bucaille dalam The Bible, the Quran and Science (Muzaffar Iqbal, 2006: 44-45).

Mengigat perkembangan modern yang semakin pesat, maka sudah saatnya kita harus berbondong-bondong memasuki dunia sains. Kita tak perlu bimbang dalam memilih sains sebab seluruh ciptaan pada dasarnya telah tunduk pada kehendak Ilahi. Tapa sains, kita hanya menjadi konsumen yang bergantung tampa kuasa apapun dan akhirnya mudah didikte orang lain.

Oleh: Hasrul

Peranan agama dan sains bagi manusia, agama dan sains, peranan sains bagi manusia

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.