ACEH DAN SUMATERA
Seperti dikemukakan sebelumnya bahwa wilayah awal yang dituju para pedagang di kepualauan Indonesia ialah kepulauan Sumatera. Dari sinilah kemudian secara perlahan Islam semakin luas dan mengalami perkembangan yang sangat pesat di Aceh yang ditandai dengan berdirinya beberapa kerajaan Islam yang pertama, yaitu Samudera Pasai (1042-1521). Pendapat lain menyebutkan terdapat kerajaan Islam di pesisir Aceh yang telah ada lebih awal, yaitu kerajaan Perlak yang dipimpin oleh Dinasti Sayed Maulana Abdul Aziz Syah pada tahun 840-910 M. Kerajaan ini semasa dengan Sriwijaya yang masih kokoh di Sumatera dan kerajaan Airlangga di Jawa.[1]
Wilayah Aceh dinyatakan sebagai komunitas Islam awal di Nusantara mendahului daerah-daerah lain, termasuk mendahului daerah-daerah di Jawa, Sulawesi, NTB, dan Kalimantan. Gelombang masuknya Islam di Aceh dikembangkan oleh para pedagang Muslim, baik dari Gujarat, Arab, atau Persia. Selain komunitas Perlak, penyebaran Islam di Aceh semakin luas setelah berdirinya kerajaan Samudera Pasai. Bahkan ketika itu hubungan antara Pasai dan Perlak sangat baik. Dari Pasai inilah dakwah Islam semakin menyebar bahkan memainkan peranan penting dalam penyebaran dakwah di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.[2]
JAWA
Pada masa kerajaan Pasai, Maulana Ishaq dan Maulana Malik Ibrahim yang singgah di Pasai dikirim ke pulau Jawa untuk menyebarkan Islam. Oleh sebab itu, kebanyakan sarjana bersepakat bahwa di antara para penyebar pertama Islam di Jawa adalah Maulana Malik Ibrahim, anak dari Karim Al-Makhdum yang datang dari Malaka pada 782 H/1380 M.[3] Sedangkan pada masa kerajaan Aceh Besar, Syarif Hidayatullah yang juga singgah di Aceh, dikirim ke Jawa, tepatnya di Surabaya lalu memperoleh tugas menyebarkan Islam di Cirebon. Tokoh lainnya yang dikenal sebagai penyebar Islam awal di Jawa ialah Syaikh Maulana Maghribi. Kedatangan mereka di kepulauan jawa ini terjadi sekitar abad 7 H/13 M. Islam cepat menyebar di pulau Jawa dari jalur Surabaya, setelah Raden Rahmat yang dkenal dengan Sunan Ampel datang dari Campa (Vietnam) pada tahun 1440 M. Hal ini disebabkan karena Sunan Ampel merupakan Wali Songo yang memiliki momentum di Istana Majapahit karena ia memiliki hubungan darah dengan permaisuri di Majapahit ketika itu.[4]
Selain itu, masuknya Islam ke daerah-daerah pesisir lainnya di kepulauan Indonesia sebagiannya masih tetap melalaui jalan pelayaran dan perdagangan. Akibat lalu lintas melalui selat Malaka dan Samudera Pasai sebagai salah satu pusat persinggahannya maka sampailah Islam ke sebagian Semenanjung Melayu yaitu Trengganu (Malaysia) pada abad ke-8 H/14 M. Demikian pula Malaka pada abad ke ke-8 H/14 M muncul sebagai pusat pelayaran dan perdagangan kaum Muslim bahkan pada abad ke-15 terbentuklah kerajaan bercorak Islam di daerah itu yang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara.[5]
MALUKU, KALIMANTAN DAN SULAWESI
Kedatangan orang-orang Muslim di pesisir Utara Jawa dari bagian Timur sampai bagian Barat secara terus menerus baru sejak abad-abad 14 M, 15 M. Mereka berasal dari Arab, Persia, India, dan orang-orang Samudra Pasai, Malaka. Penyebaran Islam di pesisir Utara Jawa Timur sejalan dengan situasi kondisi politik Majapahit waktu itu yang mulai mengalami kemunduran. Dari pesisir Utara Jawa, pedagang-pedagang Muslim Juga medatangi tempat-tempat perdagangan di Indonesia bagian Timur yaitu pulau-pulau Maluku. Raja pertamanya yang memeluk Islam ialah Zainal Abidin (1486-1599 M) yang menerima agama Islam tersebut dari Sunan Giri, Jawa Timur. Apabila perjalanan orang-orang Muslim dari Malaka[6] ke Maluku pertama kalinya melalui pesisir Utara Jawa, maka baru kemudian melalui Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan sejak abad ke-15 M.[7]
Dengan demikian, masuknya Islam ke Kalimantan dan Sulawesi hampir bersamaan. Walaupun dapat dikatakan lebih dahulu masuk di Kalimantan, yaitu proses islamisasi di Kutai diperkirakan retjadi pada sekitar tahun 1575 M. Adapun di Sulawesi, kedatangan para pedagang Muslim sudah ada sejak abad-15 M – 16 M dan mungkin berasal dari Malaka, Sumatera dan Jawa. Namun, secara resmi agama Islam baru dianuat oleh raja Gowa dan Tallo pada tahun 1605 M. Melalui kedua kerajaan ini, Islam disebarkan ke wilayah sekitarnya, seperti Bone, Wajo, Soppeng, dan lainnya.[8]
Dari uraian di atas, Islam masuk di beberapa daerah di kepualauan Indonesian berbeda-beda. Ada yang sejak abad 1 H/7 M dan 2 H/8 M, ada yang abad 5 H/11 M, 8 H/14 M, 9 H/15 M, 10 H/16 M, ad nada pula yang baru pada abad-abad berikutnya. Akibatnya, frekuensi pengaruh-pengaruh Islam pun akan menunjukkan bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan struktur sosial-budaya masyarakat yang didatanginya. Dengan demikian, Perkembangan Islam di Indonesia semakin pesat pada abad 10 H/16 M, dimana Islam telah menyebar secara merata ke seluruh wilayah Nusantara.[9] Kemudian, para pembawa Islam pun ke kepulauan Indonesia, tidak semata-mata dari orang-orang Muslim dari luar seperti Arab, Persia, India saja, melainkan juga tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah Indonesia sendiri, seperti beberapa nama Wali yang telah disebutkan di atas. Al-Attas merangkum beberapa teori yang diajukan oleh srjana barat tentang cepatnya Islam diterima di kawasan Asia Tenggara, meskipun beliau tidak terlalu setuju dan mnegkritisinya. Teori-teori itu ialah;[10]
- Faktor Perdagangan;
- Faktor Perkawinan;
- Faktor Permusuhan antara orang Islam dan Kristen;
- Faktor Politik yang dianggap sebagai motif dan sebab bagi memeluk Islam
- Faktor penghargaan nilai ideology Islam; dan
- Faktor Otoktoni, yaitu keadaan dimana sesuau itu dianggap telah ada.
ENDNOTE
[1] Nur Khalik
Ridwan, Islam Borjuis dan Islam Proletar; Kontruksi Baru Masyarakat Islam
Indonesia (Yogyakarta: Galang Press, 2011), h. 24
[3]
Azyumardi Azra,
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII;
Melacak Akar-akar Pembaharuan Pemikiran Islam di Indonesia (Bandung:
Mizan, 1994), Cet. I, h. 30-31
[4]
Nur Khalik
Ridwan, Islam Borjuis dan Islam Proletar; Kontruksi Baru Masyarakat Islam
Indonesia (Yogyakarta: Galang Press, 2011), h. 36-37
[5] Uka
Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia, h.
19
[6] Selat yang
terletak di antara Semenanjung Malaysia selat yang terletak di antara
Semenanjung Malaysia (Thailand, Malaysia, Singapura) dan Pulau Sumatra
(Indonesia).
[7] Uka
Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia, h. 24-25
[8] Uka
Tjandrasasmita, Pertumbuhan dan Perkembangan Kota-kota Muslim di Indonesia, h. 26
[9] Hasan Muarif Ambary, Menemukan Peradaban; Jejak
Arkeologis dan HIstoris Islam di Indonesia (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1419 H/1998 M), Cet. I, h. 217
[10] Hasbullah, Islam
dan Transformasi Kenudayaan Melayu di Kerajaan Siak (Pekanbaru: Yayasan
Pusaka Riau, 2007), Cet. I, h. 30
BACA JUGA:
pdf Download:
Posting Komentar