Isyarat Ilmiah dalam Al-Quran

SQ BlogKemukjizatan Al-Quran merupakan objek kajian yang luas yang senantiasa dikaji dari zaman dahulu hingga sekarang. Salah satu sisi kemukjizatan Al-Quran yang banyak dibicarakan bahkan menjadi dikursus pada saat ini adalah mukjizat ilmiah dalam ayat-ayat Al-Quran. Banyak buku yang membahas tentangnya serta menjadi topik hangat dalam berbagai diskusi dan muktamar.

Pada sisi lain, ayat-ayat Al-Quran sendiri sangat menggalakkan manusia memperhatikan bahkan meneliti alam dan menemukan ayat-ayat Allah yang mengatur fenomena alam. Ibnu Rusyd, seorang sarjana muslim pernah mengatakan bahwa alam raya ini adalah kitab Allah yang pertama sebelum kitab-kitab Allah lain yang berbentuk kumpulan wahyu-Nya. Gejala alam telah berbicara kepada mereka yang mau mengerti akan ayat-ayat-Nya yang telah dipatuhi Alam itu (M. Imaduddin Abdulrahim, 1997: 96). Hal ini tersirat dalam ayat AL-Quran sebagai berikut:

 أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِنْدِ غَيْرِ اللَّهِ لَوَجَدُوا فِيهِ اخْتِلَافًا كَثِيرًا.


“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya” (QS. An-Nisa’ [4]: 82).

Metodologi Quraniyyah

Aproksimasi sains yang menerima kontak rujukan agama dalam pandangan Al-Quran dapat bergerak menurut waktu yang akan menghasilkan kualitas yang lebih baik. Diatas kondisi dasar ini, penelitian dalam persepsi Al-Quran perlu dikembangkan lagi dengan analisis beberapa metodologi (Ika Rochdjatun, 1997: 55-58), yaitu:
  1. Metodologi Historis, Sangat banyak pernyaatan dalam Al-Quran yang mengajak kita meliahat peristiwa-peristiwa penting yang telah berlalu untuk dijadikan ibarah. Seperti kisah kehancuran bani ‘Ad, Tsamud, Firaun, Luth dan kaum-kaum yang lainnya (QS. Muhammad [47]: 10).
  2. Metodologi Komparatif, Metode ini sangat lazim dalam pernyataan ayat-ayat Al-Quran sebagaimana dinyatakan dalam surah Ar-Rad [13]: 4. Ayat diatas memberikan keterangan bahwa kurma dari Madinah berbeda dari kurma Jazirah Arab.
  3. Metode Peramalan, Metode ini merupakan cara untuk mengungkapkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Salah satu contoh peramalan yang terbukti benar dalam Al-Quran mengenai kekalahan dan kemenangan perang antara Romawi dan Persia sebagaimana diterangkan dalam surat Ar-Rum ayat 2 sampai 4.
  4. Metode Observasi, Paradigma Al-Quran mengenai metode observasi lebih sering dihubungkan dengan metode pendidikan dan pengajan. Pendidikan Luqman atas anak-anaknya merupakan contoh klasik yang sangat menarik dalam kasusu ini (QS. Lukamn [31]: 12-19).
  5. Metode Pemicu, metode ini dikembangkan melalui kesamaan terobosan pada satu sistem yang belum sesuai agama dan efektivitasnya sudah terbukti oleh konsep Al-Quran.
  6. Metode Klinis, Metode Klinis berhubungan dengan perhatian individu atau kelompok yang sangat intensif mengenai permasalahan yang terjadi dalam masnyarakat. Dengan kesadaran penuh, Rasulullah memberikan perhatian khusus terhadap status individu atau kelompok sehingga muncul perasaan persaudaraan muslim (QS. Al-Fath [48]: 29).
  7. Metode Prilaku, cara ini sangat mencolok dalam islam terutama dalam mengungkapakan kesadaran diri individual atau kelompok sehingga nampak perbedaan anatara mukmin, munafik, kafir dan fasik.
  8. Metode Empiris/Induksi, metode ini sudah dikenal luas di dunia ilmu pengetahuan modern terutama dalam mengungkapkan dunia benda-benda mati. Sedangkan, untuk benda benda hidup tabir ini disingkapkan untuk mengungkapkan rahasia DNA/RNA. Banyak obyek ilmu pengetahuan dirangsang untuk diselidiki dengan metode ini. Diantaranya teori Hibernisasi atau tidur panjang yang ditemukan dalam kisah Ashabul Kahfi (QS. Al-Kahfi [18]: 10-25).
Metodologi Akal Ilmiah dalam Al-Quran

Perkembangan peradaban barat sudah lazim membuat perbedaan tajam antara akal dan wahyu. Untuk memahami peran sains dalam tradisi keagamaan perlu dipahami bahwa akal dan wahyu bersifat harmonis dan saling melengkapi bukan antagonistik. Hal ini dalam tradisi islam atas perspektif Al-Quran dapat dibuktikan kesesuainya dan keharmonisan antara keduanya (William C. Chittick, 2006:146). Bagi yang membaca Al-Quran dengan seksama akan menemukan proses Al-Quran membangun akal ilmiah sebagai landasan sains. Proses tersebut terdiri dari pilar-pilar sebagai berikut (Yusuf Qardawi, 1998: 278-287), yaitu:
  1. Menolak keragu-raguan dalam perkara yang pasti,
  2. Tidak mengikuti hawa nafsu dan emosi dalam lapangan ilmu pengetahuan,
  3. Menolak taklid buta kepada bapak-bapak dan nenek moyang,
  4. Penolakan untuk tunduk terhadap tuan-tuan dan pembesar-pembesar,
  5. Memerintahkan merenungkan ayat-ayat kauniyah dan melarang beribadah dengan dimensi akal.
Teori Ilmiah dalam Al-Quran

Pengetahuan Al-Quran disajikan dalam bentuk yang berbeda dari buku-buku teks fisika, kimia, biologi yang berbasiskan metodologi ilmiah. Al-Quran mengikuti garis lurus dalam menyampaikan informasi sementara pengetahuan yang disampaikan sains diperoleh setelah akumulasi data yang sangat lama.

Sumber Al-Quran adalah sang pencipta alam semesta. Ini berarti Al-Quran akan menjadi suatu objek penelitian yang menarik untuk mengungkapkan lebih jauh rahasia alam semesta sehingga setiap penyataan Al-Quran dapat dikembangkan dan menjadi berbagai ilmu baru (Ika Rochdjatun, 1997: 62).


Oleh: Hasrul

Mukjizat Ilmiah Al-Quran, Mukjzat Ilmi, Mukjizat Al-Quran, Mukjizat Nabi Muhammad SAW

Posting Komentar

[blogger][facebook]

SQ Blog

{picture#https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimSap9ccYY8FQp44yNvjVK6lRtOVpD-gpVKKWSk__oyc8ChkbooHIuh52uDXiZGchcOoPlIazgMEjOjQ5r0b-DftM48h8gDub2yWyKzDdH1VSYDrsmbf1qfYgl5hKaEuiAW8WAQeTmErDqcHjIm3C4GJKWRJv52o5uHAW10S2gOWj4o8nMsdahVxSo/s500/sq%20vlog%20official%20logo%20png%20full.png} SQ Blog - Wahana Ilmu dan Amal {facebook#https://web.facebook.com/quranhadisblog} {youtube#https://www.youtube.com/user/Zulhas1}

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.