Setelah merdeka, tentu sebagai generasi penerus, mengemban tugas yang lebih berat untuk terus cinta kepada tanah air. Lalu bagaimana pandangan sobat terkait cinta tanah air? Bagaimana relasinya dengan ajaran agama? Nah berikut tulisan Pak Quraish Shihab terkait hal tersebut, sebaimana yang admin kutip dalam karyanya "Wawasan al-Quran."
Rasa   kebangsaan   tidak   dapat   dinyatakan  adanya,  tanpa dibuktikan oleh patriotisme dan cinta tanah air. Cinta tanah  air  tidak  bertentangan  dengan  prinsip-prinsip agama,  bahkan  inklusif  di dalam ajaran Al-Quran dan praktik Nabi Muhammad Saw.
        
Hal ini bukan sekadar dibuktikan melalui ungkapan populer yang dinilai  oleh  sebagian  orang sebagai hadis Nabi Saw, Hubbul wathan minal iman (Cinta tanah air adalah bagian  dari  iman), melainkan  justru dibuktikan dalam praktik Nabi Muhammad Saw., baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan bermasyarakat.
Ketika Rasulullah Saw. berhijrah  ke  Madinah,  beliau  shalat menghadap ke Bait Al-Maqdis. Tetapi, setelah enam belas bulan, rupanya  beliau  rindu  kepada  Makkah  dan   Ka'bah,   karena
merupakan  kiblat  leluhurnya dan kebanggaan orang-orang Arab. Begitu  tulis  Al-Qasimi   dalam   tafsirnya.   Wajah   beliau berbolak-balik  menengadah  ke  langit,  bermohon  agar kiblat diarahkan ke Makkah, maka Allah merestui keinginan ini  dengan menurunkan firman-Nya:
قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِز
ِArtinya: Sungguh Kami (senang) melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjid Al-Haram. (QS Al-Baqarah [2]: 144).
Cinta beliau kepada tanah tumpah darahnya tampak  pula  ketika meninggalkan  kota  Makkah  dan  berhijrah  ke Madinah. Sambil menengok ke kota Makkah beliau berucap:
Demi Allah, sesungguhnya engkau adalah bumi Allah yang paling aku cintai, seandainya bukan yang bertempat tinggal di sini mengusirku, niscaya aku tidak akan meninggalkannya.
Sahabat-sahabat Nabi Saw.  pun  demikian,  sampai-sampai  Nabi Saw. bermohon kepada Allah:
Wahai Allah, cintakanlah kota Madinah kepada kami, sebagaimana engkau mencintakan kota Makkah kepada kami, bahkan lebih (HR Bukhari, Malik dan Ahmad).
Memang, cinta  kepada  tanah  tumpah  darah  merupakan  naluri manusia,  dan  karena itu pula Nabi Saw. menjadikan salah satu tolok ukur kebahagiaan adalah "diperolehnya rezeki dari  tanah tumpah  darah".  Sungguh benar ungkapan, "hujan emas di negeri orang, hujan batu di negeri sendiri, lebih  senang  di  negeri sendiri."
Bahkan  Rasulullah  Saw.  mengatakan  bahwa  orang  yang gugur karena membela  keluarga,  mempertahankan  harta,  dan  negeri sendiri  dinilai sebagai syahid sebagaimana yang gugur membela ajaran agama. Bahkan Al-Quran menggandengkan  pembelaan  agama dan pembelaan negara dalam firman-Nya:
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ . إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ.
Allah tidak melarang kamu berbuat baik, dan memberi sebagian hartamu (berbuat adil) kepada orang yang tidak memerangi kamu karena agama, dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama, mengusir kamu dari negerimu, dan membantu orang lain mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS Al-Mumtahanah [60]: 8-9).
Rujukan: Quraish Shihab dalam Wawasan Al-Quran


Posting Komentar