SQ Blog - Hari raya idul adha disebut juga hari raya haji, dan kita kenal juga dengan hari raya qurban. Berkenaan dengan ini Allah SWT menyebutkan di dalam surat Al-Shaffat dari ayat 100 dan seterusnya. Tatkala nabi Ibrahim a.s berdoa:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ
Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku keturunan yang termasuk orang-orang saleh. (Q.S. Al-Shoffat: 100)
Allah kemudian memberikan kabar gembira denga kelahiran seorang anak yang sangat santun yang tiada lain adalah Nabi Ismail a.s. Ketika ia berada dalam usia anak-anak yang penuh kasih sayang dan membanggakan, ayahandanya yang tiada lain adalah Nabi Ibrahim a.s berkata:
يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
Wahai anakku tercinta, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku diperintahkan untuk menyembelihmu, pikirkan bagaimana pendapatmu wahai anakku? (Q.S. Al-Shoffat: 102)
Dengan penuh keberanian dan ketabahan, Nabi Ismail a.s yang masih kecil berkata:
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Wahai ayahandaku, laksanakan apa yang diperintahkan kepadamu, insyaAllah engkau akan mendapati aku termasuk orang-orang yang bersabar. (Q.S. Al-Shoffat: 102)
Sobat SQ Blog, ketika Nabi Ibrahim a.s bermimpi, ia merenung sambil berfikir, apakah mimpi tersebut adalah perintah dari Allah atau hanya bisikan syetan. Hari itu kemudian disebut yaumut tarwiyah (hari berfikir).
Keesokan harinya, Nabi Ibarahim a.s kembali mengalami mimpi yang sama. Saat itulah ia yakin bahwa mimpi tersebut adalah wahyu dan perintah dari Allah SWT. Hari ini kemudian disebut yaumul arafah (hari pengetahuan) yang bertepatan tanggal 9 dzulhijjah.
Disebutkan juga, yaumul arafah karena pada hari itu jamaah haji sedang berkumpul di padang arafah. Keesokan hari, Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s kecil melaksanakan perintah tersebut, keduanya telah membulatkan tekad untuk menjalankan perintah itu, yaitu mengorbankan Nabi Ismail kecil. Hari ini kemudian disebut yaumun nahar (hari penyembelihan) yang bertepatan tanggal 10 dzulhijjah.
Tatkala keduanya keduanya telah berserah diri dan dia Nabi Ibrahim a.s meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan untuk melaksanakan perintah itu, terdengarlah suara yang menyeru:
Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah membenarkan dan melaksanakan perintah tersebut. Demikianlah Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik, dan ini adalah ujian yang sangat besar. Allah pun menggantikannya dengan sembelihan seekeor hewan yang agung di sisi Allah SWT.
Sobat SQ Blog, demikianlah syariat qurban yang kita laksanakan sampai hari ini, berupaya meneladani kemuliaan dan keagungan akhlak Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s. Dalam ayat yang lain disebutkan dalam surat Al-Maidah ayat 27:
وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ
Dan ceritakanlah kepada mereka, kisah tentang dua putra Nabi Adam a.s, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah satunya dan ditolak yang lainnya. Dia Qabil yang ditolak berkata: aku pasti akan membunuhmu. Dan dia Habil yang diterima berkata: sesungguhnya Allah hanya menerima amalan dari orang-orang yang bertakwa. (Q.S. Al-Maidah: 27)
Dalam ayat ini kita dapat mengambil pesan, setiap amalan yang dilakukan oleh seorang hamba termasuk ibadah qurban, hendaknya didasari dengan nilai-nilai ketakwaan. Yaitu semata-mata mengharap ridha dan karunia di sisi Allah SWT.
Sobat SQ Blog, demikianlah syariat ibadah qurban mengandung i'tibar, memuat pendikan dan pengajaran untuk kita ambil nilai-nilai di dalamnya, kemudian kita amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Di antara i'tibar sebagai pelajaran yang dapat diambil di dalam syariat qurban ialah:
Pertama: Ibadah qurban mengajarkan kepatuhan kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim a.s mendapatkan ujian besar dari Allah. Setelah dikarunia anak yang telah lama ia damba-dambakan. Ia pun mendapat kabar gembira dan kelahiran seorang putra yang sholeh, yaitu Nabi Ismail a.s.
Ia tumbuh dengan penuh kasih sayang dan berbakti. Tatkala dalam usia anak-anak yang membanggakan, Nabi Ibarahim a.s diperintahkan untuk mengorbankannya. Dengan penuh kenyakinan dan kesabaran, Nabi Ibrahim a.s lulus dalam ujian tersebut.
Demikian juga Nabi Ismail a.s kecil, sukses dalam menghadapi ujian itu dengan penuh keberanian dan ketabahan. Keduanya, Nabi Ibrahim a.s dan Nabi Ismail a.s menempatkan kapatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT di atas segala sesuatu. Peristiwa ini menunjukkan bahwa pengorbanan yang dilakukan oleh seorang hamba mendidik dan mengajarkan kepatuhan serta ketaatan semata-mata hanya kepada Allah SWT.
Kedua: Ibadah qurban mengajarkan untuk senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik ra:
عَنْ أَنَسٍ قَالَ ضَحَّى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم بِكَبْشَيْنِ يُسَمِّي وَيُكَبِّرُ
Baginda Rasulullah SAW berqurban dengan dua ekor kambing, beliau mengucapkan basmalah dan takbir saat menyembelih keduanya. (H.R. Al-Bukhari)
Keterangan ini menunjukkan bahwa baginda Rasulullah SAW memberikan teladan dalam penyembelihan qurban untuk senantiasa mengingat dan membesarkan nama Allah SWT. Dan ini bermula sejak 10 hari pertama bulan dzulhijjah hingga hari penyembelihan dan hari-hari tasyriq. Hal ini sesuai dengan beberapa keterangan ayat Al-Quran. Dalam surat Al-Hajj ayat 28 disebutkan:
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ
Dan hendaknya mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan atas rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mereka berupa binatang ternak. (Q.S. Al-Hajj: 28)
Menurut sahabat Ibnu Abbas, demikian juga Imam Syafi'i dan Imam An-Nawawi bahwa maksud beberapa hari yang telah ditentukan (فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ) ialah 10 hari pertama bulan dzulhijjah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 203 juga disebutkan:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
Berzikirlah kepada Allah pada hari yang telah ditentukan jumlahnya. (Q.S. Al-Baqarah: 203)
Hari-hari yang telah ditentukan jumlahnya (فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ) menurut sahabat Ibnu Umar dan lain-lain yaitu 3 hari tasyriq, yaitu tanggal 11, 12, 13 dzulhijjah.
Keterangan di atas menunjukkan sejak 10 pertama dzulhijjah hingga hari penyembelihan qurban sampai hari-hari taysriq diajarkan untuk senantiasa membanyak dzikir, menyebut dan mengagungkan asma Allah SWT. Di antara keutamaan amalan pada waktu-waktu tersebut, temasuk berdzikir disebutkan dalam hadis baginda Rasulullah SAW:
مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ مِنَ الْعَمَلِ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ
Tiada hari yang lebih mulia di sisi Allah, dan amalan di dalamanya lebih dicintai di sisi Allah, dari pada 10 hari pertama dzulhijjah. Maka perbanyaklah di dalamnya mengucapkan tahlil, takbir, dan tahmid. (H.R. Ahmad)
Ketiga: pelajaran lain yang dapat diambil dalam syariat ibadah qurban ialah mengajarkan nilai-nilai pengorbanan dalam kehidupan bersama. Qurban mengingatkan kita bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya.
Mereka yang mampu melaksanakan qurban akan meringankan beban saudaranya dan memberikan manfaat kepada kaum muslim lainnya. Dan mereka yang mendapatkan maafaat dan keberkahan dari daging qurban akan menambah rasa kecintaan dan kasih sayang mereka kepada sesama.
Sehingga syariat ibadah qurban yang dilaksanakan, akan memupuk persatuan dan kesatuan, menjalin ukhuwwah islamiyyah, serta melahirkan persaudaraan dan nilai-nilai sosial lainnya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Oleh karenanya, semoga ibadah qurban yang kita laksanakan diterima di sisi Allah SWT dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Kita juga memohon semoga Allah senantiasa melapangkan dan memudahkan rezeki kita agar dapat melaksanakan ibadah qurban, baik pada tahun ini demikian juga pada tahun-tahun yang akan datang.
Aamiin yaa Rabb.
Posting Komentar