
SQ Blog - Sales dan Marketer, dua kata yang seringkali dikaitkan dengan sebuah perusahaan. Dalam perkembangannya saat ini, hampir semua institusi atau lembaga familiar dengan kedua istilah tersebut. Termasuk dalam pendidikan, sales dan marketer menjadi hal yang lumrah dan biasa. Lalu apa itu sales dan marketer dalam pendidikan?
Berikut ini sekilas ulasan pak Valentino Dinsi, founder BUMM (Badan Usaha Milik Masjid) serta penulis buku "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian" yang pernah viral beberapa tahun lalu.
Pak Valentino Dinsi menyebutkan sales dan marketer itu beda tipis. Sales dan marketer keduanya berupaya untuk mencari pelanggan dan konsumen. Perbedaannya, sales sebatas mecari pelanggan dan konsumen, adapun marketer memiliki tanggung jawab yang lebih, disamping promosi, mencari pelanggan, juga bertanggung jawab pada tahap-tahap berikutnya.
Dari keterangan ini, marketer lebih tepat digunakan dalam institusi dunia pendidikan. Yang secara tujuan pokok disamping mencari peserta didik, juga bertanggungjawab dalam mendidik pada jenjang berikutnya.
Demikian beberapa kata pengantar yang disampaikan pak Valentino Dinsi dalam memotivasi guru-guru Azhari Lebak Bulus tersebut. Beliau melanjutkan dengan kata pamungkasnya: Asah Gergaji.
Asah gergaji
Setiap orang hendaknya terus meningkatkan kualitas diri, karena usaha dan proses tidak akan menghianati buah atau hasilnya. Sekalipun dalam proses dan usaha itu banyak rintangan dan cobaan-cobaan. Namun dengan terus berusaha dan membenahi diri, entah lambat atau cepat akan membuahkan kesuksesan.
Buku jangan mau seumur hidup jadi orang gajian
Ingat segala sesuatu itu tercipta 2 kali
Jika anda bertanya-tanya, apa modal dan keberanian apa yang mendorong pak Valentin mengambil keputusan-keputusan besar dalam hidupnya? Mungkin salah satunya "statement" ini bahwa Segala seuatu itu tercipta 2 kali.
Kali pertama sesuatu itu tercipta dalam mimpi-mimpi, pikiran-pikiran, harapan-harapan, dan cita-cita sesorang. Dan kali kedua sesuatu itu tercipta dalam dunia nyata. Maka setiap orang yang berani bermimpi, berharap, dan bercita-cita telah bergerak selangkah demi selangkah meraih apa yang ia harapkan itu. Satu tahapan tersisa, yaitu merealisasikannya dalam dunia nyata dengan usaha, perjuangan, pengorbanan, keyakinan, dan doa.
Keberlangsungan sekolah
Pak Valentino mengisahkan bahwa ia memliki 1001 alasan untuk diam dengan pengalamannya yang pernah mengalami operasi akibat Regurgitasi atau Insufisiensi katup jantung yaitu kelainan akibat katup jantung bocor. Tim medis menyarankan ia untuk istirahat dan tidak beraktifitas berat. Namun opsi ini ia tidak pilih, justru sebaliknya dibalik peristiwa itu ia mengambil hikmah untuk terus melanjutkan perjuangannya dalam kebaikan.
Salah satu kegiatan pak Valentin yang ia lakukan sampai saat ini yaitu mengabdi dalam dunia pendidikan. Ia pun menyebutkan beberapa pengalamannya terkait hal ini. Dalam setiap lembaga termasuk pendidikan, 2 hal yang wajib yaitu suistainable dan provit.
Suistainable adalah keberlangsungan. Bagi sekolah keberlanjutan ditandai dengan hadirnya peserta didik. Peserta didik yang terus meningkat menunjukkan eksistensi sekolah. Sebaliknya, peserta didik yang terus menurun dapat mengantarkan sekolah tutup selama-lamanya.
Kemudian provit, yaitu keuntungan atau modal. Provit dibutuhkan di anatarnya untuk menjamin keberlangsungan sekolah, baik dalam membangun kualitas, sumber daya, dan aspek pendukung lainnya.
Lalu bagaimana mempertahankan dua poin ini, suistainable dan provit? Tidak terlepas dengan prinsip "asah gergaji" dan prinsip "segala sesuatu itu tercipta dua kali". Artinya, setiap lembaga dan semua elemennya, terus untuk melakukan inovasi, berpandangan jauh ke depan, memaksimalkan semua potensi yang ada, dan melibatkan semua elemen yang ada.
Pak Valentine meramunya dalam satu kata, yaitu Berfikir. Jangan pernah berhenti berfikir. Jika anda berhenti berfikir, jangan kaget dengan perubahan dan ketidakpastian yang akan datang.
Be the first, be the best, be different
Pak Valentine melanjutkan, salah satu tujuan dari berfikir adalah adalah untuk meraih kesuksesan. Dan kesuksesan itu terletak pada 3 pilihan ini, berlaku dalam setiap usaha, bisnis, termasuk lembaga pendidikan, seperti sekolah:
- Be the first, program dan tawaran apa yang dimiliki yang tidak dimiliki di tempat lain,
- Be the best, program apa yang diunggulkan dibandingkan di tempat lainnya,
- Be different, program apa yang membedakannya dengan tempat lain.
Syiar dan Diferensiasi
Setiap suatu kebaikan perlu di syiarkan. Dalam bahasa agama perlu di dakwahkan agar bertambah kebaikan dan keberkahannya. Demikian juga sekolah, perlu disyiarkan dengan langkah-langkah yang cermat agar sampai kepada sasarannya.
Dalam syiar ini terdapat 3 aspek. Dimulai dari content (konten) yang matang, contex (konteks) penyampaian atau metode yang digunakan, serta infrastructure (infrastruktur) yang digunakan untuk menyambungkan konten dan cara agar jelas sampai kepada konsumen atau pelanggan.
Dan kemajuan teknologi, sangat mendukung setiap syiar dan diferensiasi yang dimiliki suatu lembaga untuk di syiarkan kepada segmen masyarakat tertentu, tempat tertentu, dan sesuai preferensi lainnya.
Time, momentum, innovation, growth
Kata Bob Sadino, bisnis terbaik adalah bisnis yang dilakukan, bukan yang ditanya terus, tegas Pak Valentin. Beranilah melangkah karena anugerah terbesar yang setiap kita miliki adalah waktu (time). Setelah itu, cermat melihat situasi dan keadaan untuk menciptakan peluang (momentum), bukan menunggu peluang untuk kemudian berubah dan berusaha.
Berikutnya, senantiasa melakukan inovasi (innovation) dalam setiap hal yang berkaitan. Ini menjadi bekal untuk menghadapi setiap keadaan dan perubahan, sehingga mampu melewati berbagai "disruption" (perubahan) yang mungkin terjadi.
Setelah itu, growth. Artinya, hasilnya akan tumbuh, berkembang, dan mengikuti setiap langkah dan usaha yang telah dilakukan sebelumnya. Demikian juga kiranya dalam dunia pendidikan, 4 aspek ini memiki peranan penting yang saling terkait pada setiap kebijakan yang diambil dan dilaksanakan.
Ecocyle David Hurst
Bagian akhir, pak Valentin menampilkan Ecocyle David Hurst. Ini merupakan teori yang berlaku pada sebuah perusahaan yang menggambarkan tumbuh berkembangnya serta keruntuhan atau kemerosotannya. Dan kemudian eksis kembali jika dapat dipertahankan.
Teori ini berjalan dengan tahapan berikut:
- Choice
- Exploitation
- Strategic
- Conservation
- Crisis
- Confusion
- Charismatic
- Creative network
Hal yang berlaku dalam perusahaan tidak kurang lebih berlaku dalam setiap lembaga, termasuk pendidikan. Setiap saat perubahan adalah suatu keniscayaan yang menguntungkan dan diperlukan untuk keberlangsungannya.
Jadi bagaimana? Sudah siap melangkah?
Posting Komentar